gym, seperti "Jadi manusia paling goblok" dan "biar duit gua yg gua kumpulin waktu muda ga gua setor ke Rumah sakit". Reaksi-reaksi ini menunjukkan bahwa komunitas kebugaran tidak hanya tersinggung, tetapi juga melihat klaim tersebut sebagai sesuatu yang absurd dan mudah untuk diparodikan. Â Â
Reaksi publik umum lebih beragam. Sebagian kecil merasa "relate" atau setuju dengan sentimen Ronald, namun sebagian besar melontarkan kritik karena dianggap terlalu menggeneralisasi dan tidak berdasar. Volume komentar dan interaksi yang masif di TikTok  menunjukkan bahwa pernyataan tersebut berhasil menyentuh saraf audiens yang luas dan memecah mereka menjadi kubu-kubu yang berbeda.  Â
Fenomena ini dapat dibaca sebagai sebuah bentrokan subkultur. Di satu sisi, ada subkultur "hustle/finance bro" yang diwakili oleh Ronald, yang mengedepankan kekayaan finansial dan kecerdasan strategis sebagai tolok ukur utama kesuksesan. Di sisi lain, ada subkultur "kebugaran/kesehatan & kebugaran" yang diwakili oleh Corbuzier dan lainnya, yang menjunjung tinggi disiplin fisik, kesehatan holistik, dan kekuatan mental sebagai nilai inti. Pernyataan Ronald adalah sebuah tantangan langsung terhadap prinsip-prinsip dasar dunia kebugaran, sehingga memicu reaksi defensif yang cepat dan kuat.
Lebih jauh lagi, insiden ini adalah studi kasus klasik tentang demokratisasi keahlian dan misinformasi di lanskap media modern. Ini menunjukkan bagaimana opini seorang influencer dapat memperoleh daya tarik yang setara, atau bahkan lebih besar, daripada konsensus para ahli. Fakta bahwa seorang "Raja Kripto"  dapat membuat klaim pseudoscientific tentang neurobiologi dan membuatnya diperdebatkan secara luas  menyoroti tantangan literasi ilmiah dan kemudahan penyebaran misinformasi ketika dikemas dalam format yang provokatif dan menghibur.  Â
Bagian II: Putusan Ilmiah: Menginterogasi Hubungan Pikiran-Otot
Setelah membedah konteks sosial dari kontroversi ini, saatnya beralih ke inti pertanyaan: apa kata sains? Bagian ini akan secara sistematis membantah klaim Timothy Ronald dengan menyajikan bukti-bukti ilmiah yang kuat dan tak terbantahkan mengenai hubungan positif antara latihan fisik dan fungsi otak.
Seksi 2.1: Otak yang Berolahraga: Prinsip-Prinsip Dasar Neurobiologi
Argumen Ronald didasarkan pada premis dualisme pikiran-tubuh yang sudah usang, di mana pengembangan fisik dianggap terpisah, atau bahkan bertentangan, dengan pengembangan mental. Ilmu saraf modern telah membuktikan bahwa pandangan ini keliru. Otak dan tubuh adalah satu sistem yang terintegrasi secara mendalam, dan aktivitas fisik adalah salah satu intervensi paling kuat untuk meningkatkan kesehatan otak.
Dasar dari manfaat ini adalah konsep neuroplastisitas, yaitu kemampuan luar biasa otak untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai respons terhadap pengalaman. Latihan fisik adalah modulator neuroplastisitas yang sangat kuat. Salah satu mekanisme utamanya adalah melalui  Â
neurogenesis, atau penciptaan neuron-neuron baru. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga merangsang neurogenesis, terutama di hippocampus, sebuah wilayah otak yang krusial untuk proses belajar dan pembentukan memori. Â Â
Molekul kunci dalam proses ini adalah Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), yang sering dijuluki "pupuk untuk otak". BDNF berfungsi mendukung kelangsungan hidup neuron yang ada, mendorong pertumbuhan neuron baru, dan memperkuat sinapsis (koneksi antar neuron). Latihan fisik secara signifikan meningkatkan produksi BDNF di otak, yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan fungsi kognitif. Â Â