Hidup itu seperti buffet all-you-can-eat. Kelihatannya banyak pilihan enak, tapi kapasitas perut kita terbatas.
Di usia 20-an kita mencoba semua hidangan. Di usia 37, kita sadar perut kita (baca: energi, waktu, uang) terbatas. Jadi kita hanya memilih hidangan yang benar-benar kita suka dan tidak akan menyebabkan asam lambung naik.
Pada akhirnya, hidup itu nggak perlu dipahami sepenuhnya. Cukup dijalani saja, kalau bisa sambil sesekali tertawa. Atau minimal, punya kupon diskon.
-
Kita berhenti mencari "makna hidup" yang agung. Kita lebih fokus mencari "di mana naruh kunci motor". Kebahagiaan ditemukan dalam hal-hal kecil dan kemampuan untuk menertawakan betapa absurdnya semua ini.
Jadi, di usia 37 ini, gue mungkin belum punya mobil terbang atau jadi penulis novel best-seller dunia. Tapi setidaknya, gue udah tahu merek salep pereda nyeri sendi mana yang paling ampuh. Dan entah kenapa, pengetahuan itu terasa jauh lebih berguna saat ini. Hidup memang aneh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI