Selain di ranah akademik, filsafat ilmu juga relevan dalam pendidikan. Guru dan pendidik yang memahami filsafat ilmu akan lebih bijak dalam memilih strategi pembelajaran, karena mereka menyadari bahwa setiap ilmu memiliki dasar ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Misalnya, dalam mengajarkan ilmu sains, guru tidak hanya menekankan pada eksperimen empiris, tetapi juga mengajarkan nilai etis dari pengetahuan tersebut. Suriasumantri (2017) menegaskan bahwa filsafat ilmu mendorong manusia untuk berpikir logis, sistematis, dan kritis, yang merupakan keterampilan penting dalam proses pendidikan. Dengan demikian, filsafat ilmu membantu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam menggunakan ilmu pengetahuan.
Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang memberikan dasar konseptual bagi setiap upaya manusia dalam memahami, mengembangkan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Dengan membahas aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi, filsafat ilmu membantu kita memahami hakikat ilmu, cara memperolehnya, serta tujuan penggunaannya. Pemahaman ini sangat penting agar ilmu tidak dipahami secara parsial, melainkan sebagai bagian dari proses panjang pencarian kebenaran yang melibatkan dimensi rasional, empiris, dan nilai. Seperti ditegaskan oleh Kaelan (2020), filsafat ilmu hadir untuk memberi arah sekaligus batasan agar perkembangan ilmu tidak melenceng dari tujuan kemanusiaan. Dengan demikian, filsafat ilmu meneguhkan peran ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan peradaban.
Lebih jauh, filsafat ilmu memiliki relevansi praktis dalam pendidikan, penelitian, dan kehidupan sehari-hari. Di bidang penelitian, ia menuntun peneliti dalam memilih pendekatan yang tepat sesuai dengan asumsi dasar yang dianut. Di dunia pendidikan, ia menanamkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis yang sangat dibutuhkan generasi masa depan. Dalam kehidupan sehari-hari, filsafat ilmu melatih masyarakat untuk lebih selektif dalam menerima informasi, sekaligus menekankan tanggung jawab etis dalam menggunakan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pandangan Suriasumantri (2017) bahwa filsafat ilmu merupakan sarana penyelaras antara kebenaran ilmiah dan nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, memahami filsafat ilmu bukan hanya kebutuhan akademis, tetapi juga kebutuhan universal untuk membangun peradaban yang lebih adil, bijak, dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI