Pak Muis mendekat dan berlutut di samping anak itu. "Nak, gagal itu bukan akhir. Gagal itu hanya jalan lain menuju cita-cita. Yang penting kamu tidak berhenti."
"Dan ingat," tambahnya sambil berdiri kembali, "jangan lupa Allah dalam setiap langkahmu. Cita-cita yang tidak disertai doa, seperti kapal tanpa arah. Tapi kalau kamu menggandeng Allah, semua yang tidak mungkin bisa jadi mungkin."
Pak Muis lalu mengajak anak-anak menutup mata sejenak. "Sekarang bayangkan, 10 tahun lagi kalian ada di tempat impian kalian. Kalian bahagia, berguna, dan selalu bersyukur. Apa kalian bisa lihat itu?"
"Iyaaaa!" jawab anak-anak serempak.
Sebelum keluar kelas, Pak Muis menoleh dan berkata dengan suara lembut namun penuh makna, "Pak Muis mungkin suatu hari tidak akan ada di sini lagi. Tapi Pak ingin kalian selalu ingat: jangan takut bermimpi, dan jangan pernah menyerah. Karena kalian adalah bintang-bintang yang sedang bersinar."
Hari itu, langit Sekolah Terbaik terasa lebih cerah dari biasanya. Dan di hati anak-anak kelas 3, kata-kata Pak Muis terpatri kuat -- menjadi bekal untuk menggapai langit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI