Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kolonial Heritage Journey 3

1 April 2021   19:36 Diperbarui: 13 April 2021   08:06 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di area plaza yang terbuka, arca Andhini artistik mendekam di rerumputan dikelilingi sapi sapi kecil. Andhini adalah sapi suci tunggangan Shiwa atau bathara Guru tetua para dewa. Hewan suci yang sampai saat ini sangat dihormati di India.

Dan masih banyak lagi arca peninggalan yang lain berderet menyimpan kisah. Dari arca Tri Bhuwana Tungga Dewi, ibu Hayam Wuruk sampai prasasti batu berbentuk gunungan yang halus terukir dengan huruf huruf kuno dan arca arca unik artistik lainnya.

Sebenarnya hampir setiap arca disediakan barcode, dimana pengunjung dengan selulernya bisa menscanning untuk membaca cerita dan riwayat masing masing arca itu. Cuma karena awak agak gaptek dan mas Hadi juga, jadilah kami tidak bisa menscan dan memperoleh penjelasan lengkap dari arca arca itu.

Plaza arkeologi ini adalah bagian paling menarik dan ikonik dari museum nasional.

Di lantai empat, pengunjung akan disuguhi berbagai koleksi keramik dan perhiasan perhiasan emas perak yang cantik sophisticted dan menawan. Sebagian besar koleksi perhiasan disini adalah hasil penemuan saat penggalian irigasi tahun 1990. Disebut situs Wonoboyo karena penggalian dilakukan di desa Wonoboyo kabupaten Klaten, tak jauh dari candi Prambanan. Peninggalan itu merupakan harta karun jaman Mataram kuno, Medang Kamolan. Yang berjaya di abad 9. 

Harta karun itu berupa mahkota, senjata, arca dan perangkat emas perak lainnya yang halus indah dan bernilai seni tinggi. Konon total penemuan berbobot hampir satu kuintal emas dan perak.

Koleksi situs Wonoboyo yang indah mendominasi terpampang di lantai empat.

Pengunjung tidak diperkenankan memotret atau memvideo karya karya master piece yang sangat berharga dan langka itu. Konon cahaya kamera lama kelamaan akan bisa mendegradasi kualitas karya karya indah itu.

Berada di lantai ini, sebaiknya pengunjung berjalan pelan pelan. Untuk lebih bisa meresapi kejeniusan karya nenek moyang kita yang bercita rasa seni tinggi dan lestari hingga sekarang.

Tadi sebelum naik lift ke lantai empat, di ground floor disuguhi diorama keluarga manusia prasejarah nenek moyang kita. Penampakan manusia purba itu setengah manusia dan setengah simpanse. Meriung sekeluarga di alam terbuka hampir telanjang. Itulah homo sapiens, makhluk cerdas diantara makhluk lain yang survive melalui proses evolusi, mengembara ke penjuru dunia. Homo sapiens survive selamat dan berkembang melalui berbagai badai dan bencana dunia.

Konon dari makhluk sapiens itu lahirlah kita kita para tuan tuan dan puan puan yang elegan cerdas bijaksana. Kita adalah homo sapiens yang dulunya setengah simpanse dan terus bertransformasi, beradaptasi berkembang menyempurnakan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun