Ibunda Minke, diperankan Ayu Laksmi. Ibunda yang rapi, anggun, cerdas, mengayomi. Mengajari Minke banyak hal wisdom Jawa. Antara lain tentang tanggung jawab. Juga tentang apa yang seharusnya dimiliki seorang pria. Yaitu Wanita, Wisma, Turangga, Kukila dan Curiga.
Wanita, isteri itu belahan jiwa pasangan dalam asah, asih dan asuh kehidupan.
Wisma, adalah rumah. Tempat seseorang berangkat dan nanti pulang.
Turangga adalah Kuda. Simbol ilmu pengetahuan, kendaraan seorang pria untuk mengabdi.
Kukila adalah burung, simbol klangenan atau hobi. Untuk mengasah kepekaannya dan meredam rasa lelah kehidupan, seorang pria harus memiliki hobi diluar aktivitas utamanya.
Curiga adalah Keris, senjata. Seorang pria harus memiliki senjata untuk melindungi hak dan miliknya.
Tutur kata, penampilan, gestur Ayu Laksmi sangat pas menggambarkan Ibunda Minke.
Nyai Ontosoroh, diperankan Sha Ine Febriyanti. Sang Nyai, gundik Belanda Herman Mellema. Cerdas, tegas dan berani menyala di wajah dan mata Ine. Ine adalah sang Nyai dengan kostum masa kini.
Nyai Ontosoroh adalah orang kampung bernama asli Sanikem yang dijual ayahnya sendiri. Untuk memperoleh jabatan di Perkebunan.
Otodidak, Sanikem menjelma menjadi Nyai Ontosoroh yang mumpuni dalam manajemen, pembukuan, hukum, kepemimpinan. Sukses memimpin perkebunan di Wonokromo dengan ratusan pekerja.
Rasa sakit, dendam pada masa lalunya serta kenyataan yang harus dihadapi diperankan Ine dengan cemerlang.