Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantic Journey di India, Caper 2

17 Maret 2019   20:26 Diperbarui: 17 Maret 2019   20:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Bandara Saya menukar uang India Rupee di money changer secukupnya. Dihitung hitung1Rupee kira kira setara dengan Rp 225,

Keluar dari area Custom, di selasar Bandara telah menunggu perwakilan travel setempat, pria mirip Tom Cruise versi India. Cukup tampan, agak berkumis berompi warna kecoklatan.

Tom Cruise India segera mengajak kami menuju Bus di lapangan parkir.

Gerimis belum reda, rombongan Senioren ini berurutan menyeret koper koper bawaan keluar Bandara. Mengikuti Tom India menyeberang jalan menyusur  selasar. Segera terasa dan terlihat nuansa India meriah menyapa. Riuh, berwarna dan sedikit alang ujur. Demokratis, namun kurang teratur.

Terseok letih dan masih sedikit ngantuk, Ibu Bapak Traveler senior  menuju Bus putih yang nongkrong di parkiran. Bus yang akan mengantar kami untuk ber anjang sana. Menoreh kenangan romantis di India.

Kami dan koper koper bawaan naik Bus jemputan. Dan pagi itu mulailah Romantic Journey di India.


Bus meninggalkan Bandara menyusuri Boulevard lebar. Boulevard dengan taman hijau luas dan warna warni Bunga menghias semarak menyongsong musim semi. Dalam hati berharap, mudah mudahan jalanan di India bakal seperti ini semua. Lebar, bersih Indah memanja mata.

Rasa ini tambah ceria, ketika gaya India untuk penyambutan tamu dilakukan. Yaitu kalungan bunga. Barangkali ada peserta rombongan yang semula membayangkan, bunga akan dikalungkan oleh pria ganteng dan gadis cantik bak artis India. Ternyata tidak, rangkaian bunga itu diberikan oleh Tom India dan dikalungkan oleh bu Clara Koordinator perjalanan. Menarik juga itu penyambutannya, kalungan Bunga segar asli warna nano nano menghias setiap leher traveler.

Harapan jalanan semuanya mulus, lebar dan indah itu pudar hanya dalam tempo 10 menit. Ketika Sepuluh menit berlalu, Bus menjauh meninggalkan Internasional Bandara dan melaju masuk jalanan biasa. Bus mulai bergoyang dan meloncat loncat menyusuri jalan tak rata.

Sekitar 30 menitan perjalanan, terasa sudah warna India. Jalanan dan lingkungannya terasa kontras  dalam radius beberapa kilometer. Mulus di suatu tempat dan geronjalan di tetangga dekatnya.

Tiga puluh menit berlalu, tibalah Bus di Welcome Hotel. Tempat malam ini kami akan menginap di Delhi. Koper dan bawaan ditaruh di loby, akan chek in sore hari.

Sebelum memulai tur di Old Delhi, pagi ini kami akan sarapan di Hotel ini.

Tempat sarapan telah ramai pengunjung. Hotel bintang 4 ini menyajikan menu Breakfast cukup bervariasi. Rombongan santap pagi sambil meluruskan kaki dan melemaskan otot. Hampir semua menu sarapan kami kenali. Masakan Eropa dan juga limpahan berbagai jenis kuah Kari di wadah wadah besar.

Kecuali satu yang berada di konter tersendiri. Juru masak India khusus melayani di konter ini. Konter roti Masala, nyamikan khas India yang dibuat di tempat sesuai pesanan. Seperti memasak Omelete.

Roti Masala terbuat dari tepung beras. Warna dan bentuknya seperti Serabi putih putih gosong, hanya lebih tipis. Diisi aneka stuff seperti jagung, keju dan sayuran. Adonannya dipanaskan di wajan lebar. Roti yang sudah masak dilipat, membungkus berbagai isiannya. Disajikan di piring kecil dengan beberapa pilihan saus untuk pasangan penyedap.

Saya mencobanya dengan saos merah maron. Gigitan pertama terasa kering dan kenyal. Gurih agak manis. Satu level dibawah mak nyuss. Tapi ini dia sensasi kuliner India pertama yang dirasa. Ya ya ya....terasa segurih Cinta, semanis Cemburu dan sepedas Kehidupan. Aza aza aza.... Incredible India.

Sarapan hampir usai, ketika sosok tinggi besar orang India mendekat. Berambut hitam bersisir belah tengah. Wajah sangar, berkumis lebat dan berkulit gelap ini mendekat dan melempar senyum samar tak kentara.

Namanya Vijay, orang India asli. Vijay akan menjadi guide kami selama seminggu di India. Meskipun berwajah sangar namun kelihatan kalau dia orang yang baik.

Saatnya kami mulai tur. Di depan loby rombongan berkalung bunga itu berfoto bersama dengan staf hotel berkostum India, bersorban.

Segera, Bus putih meninggalkan hotel. Dengan panduan Vijay menuju pasar terkenal di Chandni Chowk, Old Delhi.

Inilah Delhi, Ibukota India berpenduduk 17 juta jiwa. Salah satu kota dengan polusi udara tertinggi di dunia. Sebagaimana Beijing dan Jakarta.

Menyusuri jalanannya yang tidak begitu lebar dan belum padat, nuansa India mulai merona.

Di warnai suara klakson yang gencar, nyaring pekak. Ditengah himpitan mobil mobil kecil 90 % berwarna putih, diselingi deru Bajay berwarna hijau kuning, Bus melaju ke pasar kuno jaman kekaisaran Mughal Shahjahan. Pasar itu sampai sekarang tetap eksis. Bahkan semakin hari semakin ramai.

Incredible India terlihat di depan mata. Ketika mobil mobil berseliweran garang di jalanan itu harus menghentikan lajunya. Ketika sekawanan Sapi melangkah pelan menyeberang jalan.

Para pengendara pemberang itu tak berdaya. Harus sabar menunggu, ketika Hewan Suci itu melintas. Misteri peradaban, membuat cengang para pendatang.

Ketika Bus kembali berjalan, keheranan bertambah. Di pinggir jakan di sisi kiri Bus, tiga Ekor Onta dengan para penunggangnya melenggang pelan. Anggun bak Peragawati melangkah berurutan di atas Cat Walk.

Belum lama usai sensasi itu, Bus menyalip dua Ekor Kuda Putih jangkung. Dengan segala Blink Blink hiasannya melintas tenang di Kota.

dokpri
dokpri
Finalnya adalah, manakala tiba tiba Bus beriringan dengan empat ekor Gajah raksasa lengkap dengan penunggang berkulit hitam Keling. Gajah menjulang berleha leha acuh di jalanan. Gajah itu begitu tinggi dan besar. Barangkali mendekati dua Ton beratnya. Dahsyat. Sedikit bergidik, karena kami juga akan merasakan sensasi menunggang Gajah beberapa hari mendatang. Mendaki Istana di perbukitan.

Orang orang lalu lalang acuh tak acuh melihat hewan hewan tak lazim itu berbaris di kota. Barangkali itu pemandangan biasa. Pemandangan sehari hari di kota Delhi.

Ketika Bus berbelok ke kiri, para penumpang mendongak dari ayunan kantuk.  Vijay berbicara keras melalui Mike.

' look at your right hand side and also left hand side'

Di sebelah kanan tampak memanjang tembok tinggi merah bata sensasional. Di tengah nya terdapat gerbang unik berkubah kubah. Bendera India berkibar ditengahnya. Kerumunan orang sudah banyak di depan gerbang. Itulah Red Fort, Istana kekaisaran Mughal ketika di Abad 17 Ibukota Imperium dipindahkan. Dari kota Agra ke Delhi oleh Kaisar Shahjahan.

Kemudian disebelah kiri, menjulang di ketinggian. Dua Minaret merah dan Kubah belenduk berbentuk Bawang raksasa di tengahnya. Itulah tujuan kunjungan kami yang pertama, Masjid Jama.

Jama dalam bahasa India bisa berarti Cermin Dunia. Bisa diartikan juga Jami. Masjid, tempat setiap hari Jumat   menampung ribuan  Jamaah Muslim menjalankan Sholat Jumat. Daya tampung Masjud ini sekitar 25 000 otang.

Minaret kembar Masjid Jama itu Megah dan runcing. Seolah menusuk langit.

Melewati dua bangunan merah bata Spektakuler yang dibelah jalan. Tak berapa lama, Bus belok ke kiri lagi. Inilah jalan di sekitaran pasar Chandni Chowk yang riuh rendah.

Bus merangkak pelan. Berbagai mode transportasi bersilangan berebutan, tidak mau mengalah. Bus, Mobil, Bajay, Motor, Becak, Sepeda berjejalan di jalanan sempit dua arah. Semua kendaraan itu membunyikan klakson dan bel nya. Beradu nyaring.

Langit pagi hari di pasar itu riuh rendah oleh bebunyian. Keramaian pasar Glodok tidak ada apa apanya dibanding kemeriahan disini.

Bus merambat menuju pojokan pasar. Akan berhenti disudut. Depan tangga pintu masuk Jama Mosque sebelah selatan.

dokpri
dokpri
           Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun