Salah satu momen dalan hidupnya, Jugo pernah merantau ke China. Ditengah perantauannya, Jugo bertemu wanita China yang menderita dan sedang hamil. Jugo menolong dan membebaskan wanita itu dari penderitaannya. Saat akan kembali ke Jawa, Jugo berpesan kepada wanita itu, agar kelak kalau sudah dewasa anak yang sedang dikandungnya itu menemuinya di pulau Jawa.
Waktu berlalu, Tamyang adalah nama anak wanita China yang ditolong Jugo. Saat ini telah dewasa dan ingin mengunjungi Jugo. Ketika sampai di gunung Kawi, Eyang Jugo telah wafat. Tamyang hanya menemui makamnya. Untuk membalas jasa kebaikan Eyang Jugo yang pernah menyelamatkan ibunya, Tamyang memperbaiki dan merawat komplek makam di Gunung Kawi ini. Juga membangun tempat berdoa dengan gaya China.
Yang tidak begitu jelas, adalah bagaimana ceritanya , kenapa sekarang ini konotasi gunung Kawi adalah tempat untuk mencari pesugihan. Tempat untuk menempuh jalan pintas agar dapat segera menjadi kaya.
Daun kering pohon Dewandaru atau Siantho yang jatuh ke tanah akan diperebutkan. Karena itu adalah daun bertuah. Demikian juga wayang kulit yang setiap siang digelar, asal muasalnya tidak begitu jelas benar. Apakah itu bentuk permohonan atau syukuran.
Mereka tidak ingin tahu lebih jauh mengenai laku cepat kaya itu. Hanya menyadari hal seperti ini, ritual laku irasional untuk meraih kekayaan dengan jalan pintas, masih marak bertebaran di Bumi Nusantara.
          Bersambung