Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menyusuri Balkan, Catatan Perjalanan 20

29 September 2018   07:46 Diperbarui: 6 Juli 2020   20:57 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Home sick, rindu rumah mulai mengikuti.Pelayaran dimulai

Bus keluar High way, mulai menyusuri jalanan sempit nan sepi, pedesaan Hungari.

Masih setengah terjaga, ingat pembicaraan saat menunggu bus di Sofitel tadi. Sebagian besar rombongan sudah mulai berandai andai. Cerminan rasa mulai kangen tanah air.

Seandainya di Budapest ada resto Padang, andai saja soto pak Kumis buka cabang disini. Kalau Sate kiloan ada meski di luar kota  Budapest, harga tiga kali lipat pun kujabani.

Cucuku sudah mulai bisa... tambah lucu, kalau tertawa.... Kangen juga ya macet macet an di Jakarta. Belanja di Mangga Dua, ternyata lebih asyik ya.... dst dst dst. Berandai andai menyeruak.

Home sick, rindu keluarga dan kampung halaman mulai mengikuti..... Yah itu pasti normal normal saja.

Ternyata pepatah lama tetap berlaku "walau hujan steik di negeri orang, tetap lebih enak nyantap Tempe di negeri sendiri" betul 50%, salah 50%. Yang betul betul bener " biar hujan ikan asin di negeri orang, lebih enak nyantap ayam di negeri sendiri"  Itu dia, lebih Ok.

Saya juga sudah membuat daftar balas dendam, yang akan dilampiaskan setelah kembali nanti. Cukup di Cibubur saja; Soto bu Haji, Kupat Tahu Magelang, Kepala ikan Rm Bahagia di sekitar perumahan Raffles. List masih panjang Ayam Taliwang Cielungsi, ayam bakar pak Atok, mie Jawa , sop kaki tiga sodara, di Tenda malam Kota Wisata,..... dst dst dst.

Rupanya cita rasa permakanan ini memang sulit berubah. Makanan negeri sendiri selalu paling enak. Di negeri orang baru merasa, kalau Nusantara itu Sorganya kuliner. Bertanya tanya, kenapa makanan makanan luar biasa Nusantara kita tidak bisa cepat Go International ya?

Pertanyaan belum punya jawab. Hanya mesin Bus menderu, menyusuri rumah rumah desa asri, di negeri cabai ini.

Setengah terlelap, terbayang Satu piring nasi putih, 10 tusuk sate kambing berkubang kecap manis, bertabur bubuk merica. Irisan irisan kool, tomat, bawang merah, cabai. Semangkuk tongseng berkuah panas, Se toples kerupuk kampung putih, satu gelas jeruk panas dan satu gelas teh manis gopek  panas, wah serasa ketemu Sorga.

Tiba tiba, tergeragap kaget. Bus meliuk, menikung tajam, menyusuri jalan menurun. Mrs pemandu Hungari itu mengumumkan, sebentar lagi Bus akan segera tiba di Pier, tempat Passion bersandar.

Para penumpang terjaga. Sungai Danube mulai menampakkan batang hidungnya. Akhirnya di hari mulai senja, pertemuan Bus dan sungai terjadi. Bus, menyusuri jalan kecil sejajar dengan aliran sungai. Di kejauhan Kapal putih, calon hotel kami lima hari ke depan, melela anggun. Bersandar lima meter dibawah jalan, berkilat memantulkan kuning sinar Mentari.

Kami semua sepenuhnya terjaga, segera turun dari bus. Menapaki jembatan penghubung daratan dan kapal. Koper koper bawaan akan di handle crew kapal.

Passion, kapal bercat putih cantik, dengan panjang sekitar 100 meter, berlantai tiga, pintu tengahnya terbuka menyambut. Hendrik, Direktur Cruise tinggi menjulang menebar senyum lebar. Welcome drink segera beredar. Basa basi sebentar, setor Paspor, pembagian kunci. Kemudian kami dipandu, ke kamar masing masing.

Kamar di deretan sisi kiri dan kanan, dipisahkan lorong merah yang akan menjadi jalur utama kami selama lima hari ke depan.

Berada di Lantai 3, kamar kamar kami berseberangan dengan Panorama Lounge di Haluan. Pusat segala kegiatan, dari  briefing, performance music, folk event, bar, tempat membaca, dan tentu saja untuk menikmati Panorama sepanjang perjalanan.

Di ujung lantai 3 buritan, adalah Bar yang buka 24 jam. Disediakan juga perpustakaan mini. Di pojokan ada tangga naik ke deck atas yang tersedia Smoking area.

Hanya sejenak di kamar, menerima Koper koper yang segera diantar, tiba tiba Alarm berbunyi keras. Dan pengumuman melalui sound system Kapal. Suara Hendrik, tegas, bernada perintah . Semua penumpang harus segera naik ke Deck.

Berdiri di atas Deck berpayung langit, di tempat antah berantah tak dikenal, terapung diatas sungai, dikelilingi hutan hutan rimbun, serasa bagai pengembara yang tersesat entah dimana. Seolah terbebas dari segala macam hiruk pikuk dunia.

Matahari senja condong dibalik puncak pepohonan. Jingganya, terpantul di permukaan sungai yang tenang.

Duniaku terasa sunyi, indah, tenang, damai dan bebas.Walau disekitar, para penumpang ramai bergeremang.

Tiba tiba suara Captain kapal memecah sore. Latihan segera dimulai, memasang pelampung untuk penyelamatan diri.

                     Continued

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun