Pukul 4 pagi, Sutopo bangkit dari ranjangnya. Masih limbung, mata belum terpicing. Tiba tiba ada dorongan  keinginan, untuk ikut Sholat Subuh berjamaah di Masjid yang hanya tiga ratus meter jauhnya dari kosan.
Tersuruk suruk, Sutopo menyusuri jalan kecil Macanan. Suasana pagi kotanya mulai terasa, menyapa. Satu satu orang mulai berlalu lalang di jalanan. Neon lampu jalan di tiang tinggi masih menyala , mencetak bayangan Sutopo di Aspal yang tidak rata, hitam panjang, dengan rambut semi kribo.
        Bersambung
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!