Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hembusan Angin Cemara Tujuh 14

19 Mei 2018   08:55 Diperbarui: 19 Mei 2018   08:59 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cerpenbung

Yangkungnya mengangguk angguk pelan, dan seulas senyum mampir di bibirnya yang masih kelihatankuat dan tebal, memancarkan kemauan hidup yang tinggi. Sutopo semakin keras memijat kedua kaki keriput itu dan menyampaikan permohonan doa restu rencana kepindahannya menjadi dosen di Yogya.

Yangkungnya kelihatan senang, dan menggerak gerakan tangannya ke kiri kanan dan keatas bawah, dari bibirnya hanya mengeluarkan gemeremang, dengan suara rendah dan datar.

Hanya eyang putrinya yang bisa menerjemahkan dengan tepat apa maksud yang ingin disampaikan Yangkungnya. Yangtinya menerjemahkan,

" Yangkungmu senang dan mendoakan Le, Mudah2an Gusti memberikan petunjuk dan kemudahan rencana pindah mu ke Yogya, dan pesan Yangmu juga harus disadari kalau setiap tempat dan posisi selalu ada tantangan dan gangguan, kamu harus sabar, tabah, kuat dan berani belajar dari setiap kejadian "

Bagi Sutopo , Yangkungnya adalah motivator terbaik yang bisa menumbuhkan kemauan dan kemampuan baru dirinya. Sutopo ingat ketika remaja, di desanya ada sasana tinju di ruang bekas toko yang sudah tidak terpakai. Banyak anggota dari kalangan remaja dan dewasa, bahkan peminat dari luar desapun cukup banyak. Sutopo mendaftar menjadi anggota Sasana itu, sekedar ikut ikutan temannya.

Di hari pertama latihan, dia bengeb, babak belur dihajar sarung tinju lusuh berbulu, yang menari lincah dan kuat membungkus kepalan gotot musuhnya, menghujani mukanya.

Ketika pulang Ibunya memarahinya, dan melarang Sutopo ikut latihan lagi di sasana tinju itu. Tapi dari kesakitannya menerima bogem mentah, Sutopo merasa adanya perasaan lain di momen babak belur itu. Dia menikmati momen itu dan merasa penasaran. Merasakan penderitaan itu ada nikmatnya juga, seperti nikmatnya orang gereng gereng ketika menghayati penderitaan sakit gigi.

Larangan ibunya hanya bisa dibatalkan Yangkungnya. Dan Yangkungnya selalu membombongnya, selalu memuji dan menempatkan dirinya diatas posisi riil nya. Itu menjadikan motivasi dirinya untuk menggapai posisi yang disebut eyangnya. Sutopo menghadap eyangnya minta tolong supaya bisa meneruskan di sasana tinju itu.

Berkat intervensi Yangkungnya larangan ibunya untuk tidak bertinju lagi di revisi, Sutopo bisa rutin latihan tinju, rajin mempersiapkan diri dengan sungguh sungguh sebelum latihan. Ototnya mekar dan berkembang kuat. Dan akhirnya setelah melalui perjuangan, kegagalan dan babak belur babak belur baru, Sutopo menjadi petinju terbaik di kelas remaja tahun itu. Dan itu memberi makna, apa arti perjuangan dan kesungguhan, hidup harus berasumsi tidak ada keajaiban atau kebetulan, semua melalui proses, apalagi untuk meraih kemenangan.

Sekembalinya dari rumah eyangnya, Sutopo tidak bisa segera tidur. Berpikir, Mencari cara bagaimana menyampaikan rencana pindah ke Yogya ini kepada orang tuanya. Dia yakin bapaknya akan mengijinkannya. Yang problem adalah Kalau ibunya punya pendapat berbeda, meyakinkan ibunya akan menjadi perkara yang tidak mudah.

Pagi itu setelah berjalan jalan di sawah yang terbentang di pinggiran desanya seperti lautan hijau mengombak subur, dengan saluran saluran irigasi berkelok ber air jernih deras mengalir, Sutopo pulang ke rumah. Di halaman telah duduk menunggu diatas dingklik kecil dibawah rindang Pohon Sawo mbok mbok dari desa wetan, penjual nasi gudangan.

Setiap pagi ibu penjual nasi ini lewat di depan rumahnya menuju ke pasar, dan selalu menawarkan nasi gudangnya untuk sarapan. Nasi ini kegemaran Sutopo, pasti ibunya telah memanggil mbok penjual itu untuk berhenti di rumahnya. Sutopo berbinar dan dengan lahap menghabiskan dua pincuk nasi gudang yang sangat bercita rasa dan sehat ini.

Nasi gudang ini adalah makanan desa yang disajikan dengan pincuk daun pisang dengan tusukan biting ( lidi ) di ujungnya. Gudangannya terdiri dari dedaunan mentah, kemangi yang disebari biji an buah mlanding ( petai Cina kecil ) dan diuwari sambal kelapa yang berwarna kemerahan menutup permukaan nasi putih hangat . Dan dilengkapi dengan karak beras yang ada gosong gosongnya kecoklatan. Enak sekali, menjadikan pagi Sutopo sempurna.

Matahari sudah sepenggalah, sore nanti Sutopo harus naik kereta api senja dari stasiun Balapan menuju Jakarta. Besok dirinya harus ngantor lagi. Adalah saatnya untuk menyampaikan permohonan restu ke orang tuanya rencana kepindahannya ke Yogya.

Duduk bertiga di selasar menghadap halaman dalam , Sutopo dan bapak ibunya mengelilingi meja bundar tua , di meja telah tersaji teh poci Nasgitel ( panas legi kentel ) dan sepiring juadah bakar. Sutopo pelan dan tersendat mengambil kesempatan untuk menyampaikan rencananya menjadi dosen di Yogya.

Kedua orang tuanya diam mendengarkan pen jelasannya. Bapaknya yang pertama menanggapi, dan menyatakan tidak keberatan serta merestui rencana itu, sepanjang memang Sutopo telah sungguh sungguh memikirkannya.

Ibunya masih diam, Sutopo mulai merasa Was Was, khawatir. Tiba tiba ibunya berkata pelan,

" Saya tidak setuju kalau kamu kembali ke Yogya" Suara ibunya lirih, namun mengandung kesungguhan dan kekuatan batu karang. Sutopo lemes, sembunyi sembunyi ekor matanya melirik wajah ibunya, Dan ekspresi wajah itu adalah cerminan kehendak yang tak tergoyahkan. Bahkan Yangkung pun tidak akan senggup menggeser kehendak itu. Sutopo lemes menunggu penjelasan ibunya.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun