Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Mencintai Pintu

29 September 2021   05:20 Diperbarui: 29 September 2021   05:30 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: koleksi pribadi

"Orang-orang yang bilang aku ini ndak waras, ndak paham apa itu cinta sejati. Taunya cuma kawin sama manak thok*." Begitu Seto selalu berdalih. Secara tidak langsung menyatakan bahwa yang dia lakukan adalah wujud cinta sejatinya pada Umayi.

"Halah, dasar wong edan!" umpat mereka di ujung perdebatan.

Mengurung laki-laki ceking itu dalam kamar, juga bukan jalan keluar. Alih-alih lupa pada si pohon jati, Seto malah sering meracau, mengigau, terus menerus memanggil nama Umayi. 

Dia bakal mendadak demam tinggi dan sesak napas. Ujung-ujungnya Seto pasti jatuh sakit. Namun, begitu dibiarkan bersenang-senang lagi dengan pohon kesayangannya, seketika sehat. Segar bugar, seakan-akan semua kesakitan raib dibawa angin gunung.

Tidak ada jalan lain selain membiarkan Seto berbuat sekehendak hati. Toh, hal tersebut tidak membahayakan dirinya dan orang lain. Demikian pada akhirnya, keluarga Pak Kliwon harus rela menyaksikan kegilaan putra bungsu mereka setiap hari atas nama perikemanusiaan. "Yo wes benlah. Sakkarepe!*"

Mbah Bayan, dukun terkenal dari desa seberang, juga sudah pernah dimintai tolong. "Tebang saja pohon itu. Beres!" perintahnya setelah aneka sesajen dan mantra-mantra gagal mengembalikan kewarasan Seto.

Memang benar. Setelah ditebang, tentu saja Seto tidak menciumi dan memeluk pohon jati itu lagi.

"Mana Umayi-ku? Mana? Ayiii!" jerit panik Seto menanyakan pohon tercintanya. Tidak hanya kepada orang rumah dan tetangga, tetapi juga keliling kampung. Kemudian, ada saja orang yang membocorkan rahasia ke telinganya. Pohon itu sudah dibawa Pak Kliwon ke tukang kayu, untuk dijadikan pintu.

Ternyata Seto bukan tipe orang gila yang suka ngamuk-ngamuk. Pohon jati istimewanya ditebang, tidak membuat laki-laki berwajah tirus itu marah besar. Sungguh di luar dugaan. Selama lima hari Seto kembali normal. Saking gembiranya, Mbok Kliwon bahkan keliling kampung. Apalagi kalau bukan mengabarkan pada orang-orang bahwa putranya sudah waras.

Di hari pintu pesanan Pak Kliwon tiba, Seto tersenyum semringah, bahagia tak terkira. Dia langsung memeluk erat-erat barang baru itu. Persis seperti menyambut kedatangan kekasih yang telah lama dirindu-rindukan.

"Kau malah menjelma jadi penjagaku, Umayi," ucapnya sambil menciumi pintu. "Terima kasih, Sayang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun