Mohon tunggu...
Henry Multatuli
Henry Multatuli Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Saya adalah seorang yang sedang mencari makna yanga ada di dalam bab-bab buku kehidupanku. lembarannya unik dan harus kuakui sedang kuselami sebuah arti di setiap paragrafnya. Walaupun akhirnya kutemukan diriku hanyalah pujangga yang tak bermakna. Aku bukanlah Sartre yang bermain dalam absurditas ataupun Nietzsche sang penggila metafora dan aforisme. Mungkin aku berada dalam tahap estetikanya Kierkegaard...atau mungkin sedang menikmati asyiknya bersuara lantang dalam tahapan eksistensi... sekarang sedang mengambil peruntungan di Damaskus, Suriah. Belajar bahasa Arab.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadikan Dunia Menjadi Dunia Sophie

18 November 2010   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa dari kita tentu tahu Dunia Sophie. Dunia Sophie adalah Novel filosofis karangan penulis asal Norwegia bernama Joostein Gaarder. Dilihat dari berbagai feedback pembacanya (termasuk saya) buku ini sangat luar biasa dan cukup terkenal di dunia. Cerita yang diangkat cukup mengena dan terkesan klise, yakni tentang seorang gadis bernama Sophie menjelajahi dunianya di bawah bimbingan guru filsafatnya bernama Alberto Knox.  Dunia itu adalah kisahnya dan filsafat adalah temanya.

Seakan cerita petualangan, Dunia Sophie membawa kita larut dari pergulatan filsafat. Si Sophie datang menemui si Plato di jaman Yunani Kuno, berkunjung ke "deir" abad kegelapan, masuk ke renaissance yang kemudian dilanjutkan oleh periode Pencerahan, Freud dan Darwin pun tak luput untuk dibahas di novel itu hingga akhirnya novel itu ditutup oleh ledakan bintang dan proses terciptanya galaksi bersama bintang dan gemintangnya. Novel ini menarik bagi orang yang tertarik bagi filsafat khususnya pemula.

Baiklah, kita berbicara tentang Plato dengan Idealismenya, Aristoteles dengan logikanya. Atau jika ingin lebih berat lagi, agar seorang filosof jaman sekarang mau disebut pintar dan super cerdas, kita cecarkan otak-otak berkualitas vessels (meminjam istilah Charles Dickens dalam Hard Times) dengan monadologi-nya Leibniz. Ajak dia mabuk dalam fenomenologi-nya Husserl. Atau mungkin sodorkan mereka bukuSein und Zeit karya Heidegger, walaupun pada akhirnya definisi dasein pun tak mampu masuk keotak-otak berkualitas vessels tadi.

Di jaman ini, mudah bagi kita membuat orang pusing ketimbang paham. Namun novel bermuatan filosofis seperti ini mencairkan kebuntuan itu. Sophie, si gadis lugu itu berbicara apa adanya. Si guru, nampaknya paham apa yang dia bicarakan. Mungkin dialah yang dimaksud sang Philosopher King-nya Plato. Sesekali si Sophie pusing tentang penjelasannya, dia jelaskan lagi dengan perandaian yang lebih sederhana lagi. Tentu kesulitan pemahaman bergantung pada orangnya. Tapi, si Guru tahu materi apa yang dia jelaskan sehingga tidak serta merta ia loncat ke materi-materi berat yang dikhususkan bagi anak kuliahan.

Perlu dimengerti bahwa nama filosof (seperti yang dimaksud dalam Dunia Sophie) tidak selalu tercantum bersebelahan nama dosen-dosen atau guru-guru besar di perguruan tinggi. Buku ini membuktikan gadis belia seperti Sophie pun layak menyandangkan  gelar Filosof. Tatkala pertanyaan sesederhana "mengapa kita hidup di dunia ini?"muncul di otak anda, sekonyong-konyong anda sudah menjadi seorang Filosof. Kenapa? Karena anda bertanya dengan pertanyaan filosofis. novel ini menggambarkan bagaimana sosok Socrates, tokoh enigma seperti Yesus Kristus, melawan tradisi sofistik Yunani saat itu yang doyan topik "berat-berat". Socrates hanya menyodorkan pertanyaan polos, namun mereka gagal menjawabnya. Dunia kita sebenarnya membutuhkan sokrates, sosok tokoh yang dalam bahasa arab disebut Kariim. Kariim yaitu laksana pohon anggur, memesona namun mudah ditemukan bak dermawan karena dijangkau siapa saja dan dimana saja.

Dunia Sophie tidak mengenal teori mekanistis, seperti gravitasi, inersia, kinematik  atau momentum. Dunia Sophie tidak bersembunyi di balik kata-kata berat seperti eksistensialisme, Aufheben, social contract, dualisme Kartesius, dasein atau Aufklarung, dsb. Dunianya adalah dunia yang sahaja dan polos dimana filsafat adalah wahana yang mengasikkan. si gadis itu bertutur dalam bahasa kita dan hidup di dunia seperti dunia kita. Jujur dan apa adanya. Hanya kitalah sang pembuat onar yang membuat dunia itu terasa sulit dan membosankan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun