Tidak salah bila dikatakan bahwa anak mungkin adalah pendengar yang buruk, namun seorang peniru yang ulung.
Perbuatan, perkataan dan sikap yang ditampilkan oleh lingkungannya akan diserap oleh anak dan kemudian ditiru. Diserap sedalam-dalamnya, seperti spons menyerap air.
Interaksi yang intens dan alami dengan kakak tertua tentu mempengaruhi tumbuh kembang si anak kedua. Usia yang tak terpaut jauh membuat hubungan saudara lebih seperti teman sepermainan.
Si adik akan selalu mengekor sang kakak, meniru apa yang ia lakukan, mengulangi apa yang ia katakan. Secara tidak langsung, perbendaharaan bahasa sang adik pun terpengaruh dari kakaknya.
Selalu bermain bersama juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik si adik.
"Kalau anakku yang kedua, lebih cepat berjalan dari abangnya. Si abang lari-lari terus, sih! Kan adiknya jadi cepat-cepat belajar jalan"
Hehe. Mungkin opini itu belum ada alasan ilmiahnya. Akan tetapi, bisa jadi benar adanya bila merujuk pada stimulasi lingkungan diatas tadi. Sering ada ujar-ujaran, generasi 80 dan 90an lebih bagus refleksnya dari anak keluaran 2000an.Â
Katanya sih karena generasi 80 dan 90 itu mainan masa kecilnya banyak aktifitas fisik. Main layangan, main banteng, berenang di sungai. Seru! Kenapa bisa? Karena semua orang mainnya itu. Lingkungan menstimulasi itu.
Anak 2000an lebih akrab dengan permainan-permainan elektronik. Video games sudah gampang dimainkan, dimanapun dan kapanpun. Tren di kalangan anak kemudian menjadi siapa gamer paling keren? Kenapa begitu? Karena semua teman mainnya itu. Kemampuan motorik jadi kurang terasah.
Jadi kalau anak sulung sukanya main hp, bisa dipastikan adiknya juga ketularan. Ada teman yang malah memberikan hp untuk anaknya, masing-masing satu.
"Biar tidak berebut"