Dari keempat nama ini, hanya Gollini dan Caldara yang tampil reguler. Maka sembilan posisi yang tersisa diisi oleh pemain asing, termasuk pelapisnya
Padahal di masa dulu, Atalanta lebih dikenal sebagai produsen pemain-pemain berbakat, khususnya italiano. Beberapa diantaranya malah sempat bermain di klub besar, meraih scudetto, Liga Champion dan menjadi andalan tim nasional bahkan meraih piala dunia.
Gaetano Scirea, Roberto Donadoni, Cristiano Doni, Filippo Inzaghi, Riccardo Montolivo, Giampaolo Pazzini adalah sederet legenda Italia yang diproduksi dan meroket bersama Atalanta.
Di era sekarang sebut saja Gianluca Mancini (sekarang bermain di Roma), Roberto Gagliardini (Inter), Alessandro Bastoni (Inter), Andrea Conti (Milan).
Kecenderungan Atalanta untuk mengedepankan pemain asing telah terlihat sejak musim lalu. Musim dimana mereka mencuri perhatian dengan nangkring di posisi tiga klasemen akhir.
Musim itu hanya ada Gollini, Andrea Masiello (sekarang pindah ke Genoa) dan Gianluca Mancini sebagai orang lokal yang melahap lebih dari 20 pertandingan bersama Atalanta.
Pindahnya Masiello dan Mancini di awal musim ini otomatis hanya menyisakan Gollini sebagai pemain inti, sebelum kedatangan Caldara di jendela transfer Januari.
Suka La Dea, Ironi Italia
Mungkinkah filosofi Atalanta telah berubah dan mengikuti tren? Pada era sepakbola sekarang, sangat sedikit tim yang berkomitmen dan konsisten untuk menggunakan jasa pemain dalam negeri atau produksi akademi klub sendiri sebagai pemain utama. Terutama tim yang bersaing untuk trofi juara.
Melirik ke juara Italia, Juventus hanya punya Leonardo Bonucci dan Federico Bernardeschi sebagai orang lokal andalan. Â Sebagian besar tim inti didominasi oleh pemain asing.
Memiliki pemain lokal yang dominan dalam sebuah tim tentu bukanlah sebuah prestasi yang akan diberikan trofi. Namun, melihat bagaimana UEFA menelurkan aturan homegrown player bagi peserta Liga Champion tentu aspek ini penting untuk dipikirkan.