Mohon tunggu...
Mukmin
Mukmin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selalu bersyukur, berjuang, dan tetap optimis maju ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Performa Kurang Apik Skuad Badminton Indonesia di Australian Open 2023

9 Agustus 2023   09:17 Diperbarui: 9 Agustus 2023   09:33 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil yang kurang memuaskan di turnamen Australian Open 2023, yang berlangsung dari 1 hingga 6 Agustus di Sydney, telah menyebabkan tim pelatih dari Pelatnas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk melakukan evaluasi menyeluruh.

Para anggota dari tim Skuad Garuda mengalami tren penurunan performa, tidak hanya dalam Australian Open, tetapi juga dalam Korea Open dan Japan Open, yang kesemuanya merupakan bagian dari kompetisi BWF Super 500.

Herry Iman Pierngadi, Kepala Pelatih Ganda Putra, menjadi orang pertama yang memberikan komentar mengenai performa para pemain asuhannya, termasuk pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto.

Herry dengan cermat mengamati penampilan Fajar dan Rian, yang merupakan satu-satunya pasangan peringkat satu dunia yang dimiliki oleh timnas bulu tangkis Indonesia.

Menurut Herry, Fajar dan Rian mengalami kesulitan dalam menjaga konsistensi, terutama jika dibandingkan dengan penampilan mereka dalam Korea Open dan Japan Open.


Herry mengungkapkan bahwa penampilan Fajar dan Rian dalam tiga turnamen beruntun mengalami penurunan. Di Korea Open, mereka berhasil mencapai babak final, dan di Japan Open, mereka berhasil bertahan hingga semifinal.

Namun, di Australian Open, langkah mereka terhenti di babak perempat final setelah dikalahkan oleh pasangan wakil Korea Selatan, Kang Min Hyuk dan Seo Seung Jae.

Herry menilai bahwa Fajar dan Rian masih melakukan banyak kesalahan sendiri yang seharusnya tidak terjadi pada pemain kelas atas.

Ganda putra lainnya, seperti Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin, Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, serta Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri, juga belum menunjukkan konsistensi yang diharapkan.

Meskipun kadang-kadang berhasil mengalahkan ganda putra terbaik dunia, ketiganya juga sering mengalami kekalahan yang tidak diharapkan.

Herry memberikan gambaran bahwa penampilan mereka seperti roller coaster, naik turun secara tidak konsisten. Terkadang mereka tampil gemilang dan berada di puncak performa, seperti yang pernah diraih oleh Bagas dan Fikri saat menjadi juara All England 2022, Pram dan Yere yang menjadi juara Kejuaraan Asia, serta Leo dan Daniel yang mencapai prestasi di Indonesia dan Thailand Masters.

Namun setelah itu, penampilan mereka sering merosot dan mengalami kekalahan di babak-babak awal kompetisi, menunjukkan kurangnya konsistensi.

Herry mengingatkan bahwa diperlukan waktu bagi ketiga pasangan ini untuk mengalami perkembangan dan mencapai level elit dalam ganda putra dunia. Hasil dari upaya keras tim pelatih ganda putra tidak akan terwujud secara instan.

Ganda putri juga menghadapi tantangan serupa dalam rangkaian turnamen bulu tangkis Juli-Agustus ini.

Eng Hian, Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas PBSI, bahkan secara terbuka menyatakan bahwa hasil dari sektor yang dia bimbing tidak sesuai dengan ekspektasi.

Pasangan Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti, serta Febriana Dwipuji Kusuma dan Amalia Cahaya Pratiwi, belum mampu mencapai prestasi yang diharapkan. Kedua pasangan ini bahkan sudah tersingkir di babak kedua Australian Open.

Eng Hian, yang akrab disapa Koh Didi, mengamati bahwa penampilan Apri dan Fadia dalam enam bulan terakhir belum mencapai tingkat yang diharapkan. Keduanya masih berjuang untuk menampilkan performa terbaik mereka.

Kapasitas yang diperlihatkan selama latihan tampaknya belum berhasil direalisasikan dalam pertandingan resmi.

Koh Didi bahkan menyatakan bahwa hanya sekitar 30 persen kualitas dan kapasitas dari hasil latihan yang muncul dalam pertandingan.

Penyebab ketidakmampuan mereka untuk tampil pada level yang sama dengan latihan mungkin memerlukan waktu untuk dijawab, seperti yang diungkapkan oleh Koh Didi.

Saat ini, Apri dan Fadia tengah berusaha mencari kembali ritme permainan terbaik mereka, baik dalam hal teknik maupun mental bermain. Harapannya, mereka akan mampu tampil dengan kemampuan terbaik seperti saat pertama kali berpasangan dan berkompetisi dalam turnamen internasional tahun lalu.

Sementara itu, Ana/Tiwi, meskipun belum mencapai hasil yang diinginkan, telah menunjukkan peningkatan dalam penampilan mereka. Meski hasilnya belum sesuai dengan harapan, tetapi perbaikan sudah terlihat.

Namun, dibutuhkan waktu lebih lanjut untuk mengembangkan dan memoles penampilan pasangan ganda putri peringkat ke-18 dunia ini, sesuai dengan harapan dari Koh Didi.

Di sektor tunggal putri, tiga wakil Indonesia juga mengalami tantangan dalam Australian Open. Meski begitu, Herli Djaenudin, Asisten Pelatih Tunggal Putri Pelatnas PBSI, berpendapat bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diambil oleh para pemain muda.

Putri Kusuma Wardani, yang diharapkan dapat menunjukkan penampilan yang kuat, ternyata belum mampu melangkah lebih jauh. Ia terhenti di babak pertama, dan sekali lagi, hasil dari latihan yang telah dilakukan tidak mampu diimplementasikan dengan maksimal dalam pertandingan.

Melihat penampilannya baru-baru ini, Herli memperkirakan bahwa kualitas Putri KW sedang mengalami masa sulit. Terutama dari segi keyakinan diri, terjadi penurunan.

Dulu, Putri KW dapat tampil dengan percaya diri, namun saat ini rasa minder sering kali mengintai, seperti yang diungkapkan oleh Herli.

Untuk Ester Nurumi Tri Wardoyo dan Komang Ayu Cahya Dewi, keduanya yang baru pertama kali berkompetisi dalam turnamen Super 500, mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga.

Mereka mengerti bahwa berkompetisi pada level ini berbeda dengan kompetisi International Challenge atau Super 100. Mereka berhadapan dengan pemain yang memiliki kualitas lebih baik dari berbagai aspek, termasuk teknik, kemampuan, pengalaman, dan kedewasaan.

Kedua pemain ini diharapkan dapat melihat kenyataan ini sebagai pembelajaran, dan memahami bahwa kompetisi di level Super 500 jauh lebih menantang dan kompetitif.

Herli berharap bahwa kekalahan yang dialami oleh Ester dan Komang dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan penampilan mereka. Mereka perlu mengatasi keterbatasan mereka dalam latihan dan lebih siap lagi dalam persiapan.

Kerja keras dan latihan intensif yang diperlukan akan menjadi pondasi penting bagi Ester dan Komang agar dapat tampil prima dalam turnamen Super 500 di masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun