Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jelang Pilpres 2024, Ancaman Perselingkuhan dalam Koalisi

28 Juni 2022   20:16 Diperbarui: 29 Juni 2022   07:15 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komisioner KPU mencoblos contoh surat suara saat peluncuran hari pemungutan suara pemilu serentak 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (14/2/2022). (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Menghitung peta politik 2024 adalah langkah orientatif berpolitik, analisis dalam menentukan langkah strategis yang akan dilakukan kedepannya.

Agenda pemilu yang akan diselengarakan pada tanggal 14 Februari tahun 2024, menjadi barometer mesin politik dalam memanfaatkan kesempatan seefektif dan seefisien mungkin.

Dilihat dari sisi perhitungan, waktu pemilu semakin hari semakin mendekati. Kisaran pertengahan tahun 2023 telah jelas. Artinya kurang lebih satu setengah tahun lagi, waktu jelang momen panas pesta demokrasi.

Skedul dari rangkaian kegiatan setiap pemilu, diawali tahapan pendaftaran bakal calon yang diusung, masa kampanye, masa tenang, debat publik merupakan agenda menjelang hari H (14 Februari 2024).

Maka dari itu, pergerakan yang tampak hari ini diyakini sebagai respon politik, bahasa 'sedia payung sebelum hujan', daripada tertinggal jauh kereta dari partai politik lain.

Minimal langkah awal telah terbangun. Usaha penjajakan. Membangun benteng kekuatan demi menyongsong tahun politik yang mulai riuh dikumandangkan, khususnya dalam debut Pilpres.

Bermunculan nominasi yang akan diajukan berdaya nilai jual secara politik. Rentan berkorelasi pada tujuan serta mempengaruhi eksistensi selanjutnya, nasib parpol 2024.

Versi berbagai lembaga survey dan pengamat politik tanah air. Masih dibayangi tiga nama besar, kandidat kuat sebagai calon potensial. Dibandingkan nama-nama lain.

Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan

Tingginya tingkat popularitas ini, artinya harapan bakal majunya mereka pada pemilu 2024, mungkin sangat diharapkan sebagian orang yang mengidolakan mereka.

Namun yang menjadi sandungan atas hal ini, yakni dukungan dari partai politik yang belum pasti, kekuatan dari koalisi belum mencapai kata sepakat sebagai untuk maju bersama.

Dan ancaman pecah koalisi pada menit-menit terakhir. Aksi putar haluan, angkat kaki, hengkang dari koalisi. Jadi masalah serius bagi parpol dong.

Banyak prediksi yang beredar, menyatakan pilpres nanti nanti ada kejutan seru, gambaran akan terjadinya dua kali putaran dalam pilpres. 

Apabila merujuk calon presiden yang terdiri dari tiga atau empat paslon. Menarik bukan. Arah-arah ini seperti tampak jelas, dari makin banyak orang-orang yang berniat ikut serta dalam pilpres.

Seperti terbentuknya Koalisi Indonesia Baru (Golkar, PPP, PAN), kemesraan Prabowo dan Muhaimin (Gerindra-PKB), pertemuan pentolan Nasdem, PKS, dan Demokrat. 

Plus dari PDI Perjuangan berdiri pada kaki sendiri. Dengan Puan Maharaninya. 

Dari empat barisan kekuatan yang masih bersifat sementara ini, ada empat pasang yang tersirat jelas berniat untuk maju, bukan.

  1. Dari kubu Koalisi Indonesia Bersatu, muncul Airlangga Hartato--Zulkifli Hasan atau Suharso Monoarfa
  2. Dari duet Gerindra dan PKB muncul nama pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar atau Probowo-AHY
  3.  Dari barisan Nasdem, PKS, dan  Demokrat muncul nama Anies Baswedan--AHY atau Anies--Ganjar--Ganjar--Anies
  4. Puan Maharani (PDI Perjuangan), Puan Maharani--Ganjar, Ganjar--Puan

Kemungkinan deal-dealan ini masih bersifat'awang-awang' masih saja bisa berubah, tuk bagaimana hasil pastinya tunggu versi rilis dari KPU atau jelang menit terakhir pendaftaran.

Menariknya, persoalan lain bukan hanya terpusat pada aspek capres? Cawapres menarik untuk disentil. Terkadang mempengaruhi arah angin dalam berpolitik.

Pertama. Sebut saja dari Koalisi Indonesia Baru siapakah yang akan diajukan? Internal koalisi atau orang dari luar barisan koalisi. 

Jika seandainya koalisi ini yang maju pencapresan adalah ketum dari Golkar Airlangga Hartato, maka kemungkinan besar yang berpotensi menempati kursi cawapresnya adalah dari PAN atau dari PPP.

Pos cawapres antara dua parpol ini setidaknya mewakili, terwakilkan.

Bahayanya salah dalam menentukan sikap, siapa yang menempati posisi wakil mempengaruhi kerukunan dalam koalisi itu sendiri, berujung adanya perselingkuhan dalam politik.

Pengkhianatan, hengkang dari koalisi yang terbentuk, karena tawaran barisan kelompok lain justru lebih menggiurkan.

Kedua. Gerakan politik dari Surya Paloh saat-saat ini, diperkasai 3 parpol, Nasdem, Demokrat, dan PKS. 

Yang 'digadang-gadangkan' mengusung sosok Gubernur DKI Anies Baswedan sebagai capres. Lalu siapakah wakilnya jika benar-benar Anies maju dari barisan ini? AHY atau adanya rekomendasi dari PKS.

Surya Paloh sang inisiator poros baru. Tentunya dalam hal ini sangat selektif dalam mencari pendamping Anies. Teman duet yang memiliki nilai pasar yang bukan kaleng-kalengan, pasangan tepat dalam mengantar kemenangan.

Dan mampu meyakinkan anggota koalisi, untuk legowo mengangkat orang dari luar barisan. Seperti sosok indepedent diluarsana sebagai cawapres.

Buruknya jikalau penyatuan pandangan menuai kontradiktif antar koalisi, akhirnya perselingkuhan berpolitik juga dapat saja terjadi.

Ketiga. PDI Perjuangan sang partai pertahanan yang masih bersikap kalem. Belum menampakan arah jelas mata panahnya.

Dan masih belum real dalam capres yang akan diajukan. Antara Puan atau Ganjar, bisa duet antara sesama Ganjar dan Puan. Atau Prabowo dan Puan. 

Menariknya PDIP bisa maju sendiri tanpa harus berkoalisi. Mengusung kandidat sendiri, bahkan bisa menjadi ancaman barisan koalisi lain. Yakni dapat menarik salah satu parpol lain untuk bergabung dengan PDIP.

Tetunya dengan deal-dealan yang cantik. Terancam dong kubu dari rival politik PDIP, untuk tertarik.

Namun, mengusung Puan menggagalkan tiket sang Ganjar. Berpotensi besar mempengaruhi stabilitas politik PDI, meskipun menggodokan Ganjar sebagai cawapres, daya tarik pun berbeda bila Ganjar yang diajukan sebagai capres.

Keempat. Barisan Prabowo dan Muhaimin. Meski monuver pentolan Gerindra masih berlangsung, kemungkinan-kemungkinan membangun kekuatan. 

Masih tingginya tingkat popularitas Prabowo disertai masih tingginya niat maju kembali dipilpres 2024. Seperti pertemuan dengan Demokrat, isyarat tuk membuka ruang berkoalisi.

Mungkinkah AHY atau Muhaimin pasangan duetnya entahlah. Tunggu 'last minute' ujar Prabowo. Kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Berdasarkan konteks ini, maka parpol manapun yang tergabung dalam koalisi manapun. Masih sangat rentan untuk berubah pikiran, dan bisa menjadi ancaman bagi eksistensi dari koalisi yang dibangun.

Pasalnya, janji-janji dalam transaksi politik bisa saja menggoda. Apalagi jika yang ditawarkan menarik, dan berpeluang mengangkat nama parpol.

Dan koalisi yang ditinggalkan, bisa gigit jari, terancam bubar jika belum cukup syarat dalam hal pengusung bakal calon 2024. Atau justru merapat pada koalisi lain, solusinya

Salam

#Hanya Asumsi Semata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun