Pos cawapres antara dua parpol ini setidaknya mewakili, terwakilkan.
Bahayanya salah dalam menentukan sikap, siapa yang menempati posisi wakil mempengaruhi kerukunan dalam koalisi itu sendiri, berujung adanya perselingkuhan dalam politik.
Pengkhianatan, hengkang dari koalisi yang terbentuk, karena tawaran barisan kelompok lain justru lebih menggiurkan.
Kedua. Gerakan politik dari Surya Paloh saat-saat ini, diperkasai 3 parpol, Nasdem, Demokrat, dan PKS.Â
Yang 'digadang-gadangkan' mengusung sosok Gubernur DKI Anies Baswedan sebagai capres. Lalu siapakah wakilnya jika benar-benar Anies maju dari barisan ini? AHY atau adanya rekomendasi dari PKS.
Surya Paloh sang inisiator poros baru. Tentunya dalam hal ini sangat selektif dalam mencari pendamping Anies. Teman duet yang memiliki nilai pasar yang bukan kaleng-kalengan, pasangan tepat dalam mengantar kemenangan.
Dan mampu meyakinkan anggota koalisi, untuk legowo mengangkat orang dari luar barisan. Seperti sosok indepedent diluarsana sebagai cawapres.
Buruknya jikalau penyatuan pandangan menuai kontradiktif antar koalisi, akhirnya perselingkuhan berpolitik juga dapat saja terjadi.
Ketiga. PDI Perjuangan sang partai pertahanan yang masih bersikap kalem. Belum menampakan arah jelas mata panahnya.
Dan masih belum real dalam capres yang akan diajukan. Antara Puan atau Ganjar, bisa duet antara sesama Ganjar dan Puan. Atau Prabowo dan Puan.Â
Menariknya PDIP bisa maju sendiri tanpa harus berkoalisi. Mengusung kandidat sendiri, bahkan bisa menjadi ancaman barisan koalisi lain. Yakni dapat menarik salah satu parpol lain untuk bergabung dengan PDIP.