Sepertinya pada dalilnya puasa dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Artinya Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.Â
Dengan banyak amalan dibulan puasa seakan mengsiyarakan bahwa jika amalan ini ditunaikan mungkin inilah jalan untuk meraih ketakwaan pada diri seseorang dibulan ramadhan.
Hakikat sebenarnya dari berpuasa yakni agar kamu bertakwa. Kondisi berpuasa yang dirasakan selain lapar haus dahaga, hal-hal yang membatalkan. Dan aneka amalan yang dianjurkan, nilai tersirat bagiNya untuk menguji kadar keimanan para hambanya.
Mampukah mereka menjalani atau melewati tahapan proses yang panjang dengan menunaikan amalan bersifat keutamaan istimewa dibulan ramadhan, yang disebut dengan istilah derajat takwa, entahlah.
Dari banyaknya amalan, selain niat tulus melakukannya. Yakni perubahan sikap, hal yang paling bernilai. Bulan puasa bisa dikatakan merupakan ajang menempa diri untuk menuju insan yang diharapkan. Takwa itu sendiri.
Merujuk dari berbagai literatur, sumber kajian mengulas hakikat puasa, kaya hikmah dengan manfaat. Menarik untuk dipertimbangkan sebagai kaca pantul bagi yang berpuasa kan.Â
Seperti pesan dari seorang penceramah legend KH. Zainudi MZ yang penulis simak saat mendengar ceramahnya, yang selalu dihidupkan petugas Masjid depan rumah penulis pada bulan puasa.
Pertama Kejujuran pada diri sendiri. Berpuasa adalah nilai kejujuran. Allah dan kita sendiri adalah saksi bahwa puasa atau tidaknya kita. Tak seorang pun bisa menjudge seseorang berpuasa atau tidak sahnya puasa seseorang. Kan tidak bisa melihat.
Kejujuran dalam menjalankan puasa menimbulkan perasaan rasa malu, rasa diawasi olehNya. Kita mungkin dapat membohongi orang lain dengan menyatakan kita berpuasa, tapi yang diatas tentu tidak.
Dengan perasaan ini, sesungguhnya rasa jujur tika berpuasa, diharapkan dapat terpatri dalam diri dikehidupan nyata. Bahwa kehadiranNya selalu megawasi/melihat setiap gerak-gerik manusia lakukan didunia.
Kedua, empati, simpati dan humanisme. Menahan lapar dan haus. Memberikan gambaran hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pemaknaan derita saudara-saudara kita yang merasakan kondisi yang tentu tidak kita inginkan.