Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah dengan Bercocok Tanam dapat Menghilangkan Stres?

20 Maret 2021   07:06 Diperbarui: 21 Maret 2021   17:26 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkan Kompasianer Merasakan Stres?

Setiap kita pasti pernah mengalami perasaan tak menentu dari tekanan lingkungan sekitar, baik berupa intimidasi/teror, tekanan dunia kerja, beban tugas perkuliahan atau adanya suatu perubahan yang datang secara tiba-tiba. 

Diputusin pacar, suami/istri/anak tidak berkhabar, kehilangan anggota keluarga dan sebagai bisa memicu gejala tidak tenang/nyaman pada diri seseorang. Selain faktor diatas.

Karena situasi seperti ini secara tidak lansung mempengaruhi jalan pikiran dan kejiwaan seseorang. Kegoyangan/keguncangan 'syok' ini seringkali dinamakan dengan istilah stres. 

Bahkan depresi, frustasi, hingga mencapai level tertinggi bisa menjadi gila, bila tidak ditanggapi secara positif dari gejala stres, yakni mencari jalan terbaik untuk mengembalikan rasa tenang itu, dari overthinking menghadapinya.

Stres menurut kacamata ilmu psikologi dan kesehatan didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi keadaan fisik manusia itu sendiri. 

Ditenggarai dengan gejala ketegangan, kecemasan, bahkan dihinggapi rasa suntuk dan pupus harapan. Perubahan gejolak emosional yang tidak stabil, kelelahan jiwa, dan sangat mempengaruhi kebiasaan yang biasa dilakukan. Yakni etos kerja dan interaksi sosial pada diri seseorang loh. 

Meskipun stres bersifat sementara dan mampu hilang seketika, stres dikatakan selesai apabila melewati masa-masa yang terganggu bagi individu. 

Stres bisa berbahaya loh, bila pribadi seseorang dalam menyikapi secara berlebihan atau mencoba lari dari kenyataan ini. Menghindar atau lari dari kenyataan tanpa menyelsaikan secara positiv thinking, justru bukan solusi tepat dari permasalahan/persoalan.

Lari dari sebuah permasalahan, bukan sesuatu jalan yang terbaik dalam menyelsaikan permasalahan, justru menimbulkan permasalahan baru yang semakin rumit. Dengan bertahan dan berupaya menyelsaikannya. Titik terbaik buat pembelajaran pada cerita hidup selanjutnya.

Misalnya, mahasiswa bunuh diri karena terbebani oleh skripsi, usut demi usut disebabkan tugas perkuliahan ini dianggap berat dengan banyaknya revisi dan penolakan dari dosen pembimbing, merasa tidak tuntas serta terbebani karena mesti wisudah ditahun ini. Harapan orangtua yang dijanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun