Menurut KBBI Euforia adalah perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan. Arti lainnya ialah perasaan bahagia jasmani dan rohani dari seseorang yang ditunjukan dengan tindakan yang berbeda dari prilaku kesehariannya selama ini.
Perasaan ini mendefinisikan bentuk emosi terhadap sesuatu hal atau mendapati sesuatu yang dicita-cita kan. Yang digambarkan dengan bermacam bentuk perwujudan seperti teriakan, sujud syukur atau unjuk diri secara narsis.
Euforia sering terjadi sih, dan bisa terjadi kepada siapa pun. Terlepas sadar atau tidak dari individu itu. Baik  dilakukan secara wajar bahkan dilakukan diluar kewajaran. Ya, antara apresiasi akan potensi diri atau adu gengsi/menyombongkan diri kepada orang lain.
Apatah, Euforia ini adalah perwujudan rasa syukur? Atau tidak. Â Hups, jika memiliki azas faedah yaitu memotivasi orang lain, Euforia menurutku adalah positif. Cambuk motivasi bagi kita semua, kan.
Namun, bagaimana dengan persepsi orang-orang lingkungan dilingkungan tempat tinggal kita bila ada kesan pamer, sombong, atau menyudutkan orng lain. Nah, ini yang mesti diingat ketika rasa berlebihan kita tampilkan di mata publik, menurutku.
Seyogyanya, hal ini penting dipikirkan dan ditimbang. Semoga nanti tidak memberikan luka atau amarah orang lain tentang kita. Karena baik bagi kita belum tentu untuk orang lain. Memperhatikan alam sekitar penting, agar tanggapan miring dapat dihindari. Minimal menjauhi asumsi itu.
Contohnya, ketika teman dan keluarga saya merayakan kemenangan pemilihan kepala desa. Â Menurutku seperti berlebihan menyambut kemenangan.Tanpa melihat sisi emosi dari lawan kemarin yang sedang dirundung kekalahan.
Alih alih tuk meredam luka justru lebih memantik dendam dan kebencian yang tak kunjung padam. Nah, dalam hal ini Euforia mestinya jangan terlalu berlebihan. Sepantas dan sewajarnya agar berkelas. Intinya, pengungkapan rasa gembira atau senang. Sudut timbang rasa, membaca situasi kondisi adalah penting.
Lalu apa hubungan Euforia dengan viralnya budaya posting mabar (makan bareng) di medsos.
Saat menurut nafsu mata. Ingin kuhabisi semua makanan ini. Tapi apalah daya, perut tak kuat untuk itu.
