Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengapa Orang Takut Cek Kesehatan, Terutama AIDS/HIV?

10 Desember 2019   11:59 Diperbarui: 11 Desember 2019   19:12 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aman, kan kita pakai ini, nggak masalah, tidak akan hamil loh"

AIDS adalah penyakit yang sangat ditakutkan setiap orang, yang belum ditemukan obatnya sampai saat ini. Dan hanya bersifat preventif sebagai penanggulangan bencana virus HIV yang dihubungkan dengan prilaku bebas manusia, khususnya dalam hubungan seks.

Sosialisasi alat kontrosepsi yang dilakukan, bahkan terkadang salah digunakan, untuk melakukan seks bebas bagi kalangan muda. Yang menganggap tindakan berhubungan suami istri kepada 'pacar' adalah kelaziman. Dengan perantara alat yang di sosialisasikan, yaitu penggunaan kondom.

Penggunaan kondom yang semestinya sebagai alat pencegahan, terkadang salah dimanfaatkan, ya untuk gitu-gituan. Dan melaksanakan hubungan gelap dengan orang yang bukan pasangan/ikatan resmi, lumra terjadi, bukan naif dan perbuatan tabu lagi dikalangan masyarakat saat ini.

Fakta-fakta ini dapat disaksikan dalam masyarakat pada umumnya, baru 3 bulan menikah telah melahirkan. Sehingga memberikan kesan bahwa pernikahan yang dilakukan adalah sekedar hanya untuk menutupi aib dan usaha menghindari tanggapan miring di masyarakat.

Angka-angka permasalahan hamil di luar nikah pun dari tahun ke tahun semakin meningkat di kalangan masyarakat saat ini. Apabila dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. 

Dan lebih menariknya terkadang mempelai wanita tidak jelas siapakah mempelai laki-lakinya, akhirnya mempelai laki-laki pun "dibeli" untuk menjadi calon suami dari mempelai wanita tersebut.

Kejadian-kejadian seperti ini kerap terjadi, selain tindakan aborsi, yang lebih kejamnya, anak yang dilahir pun dibuang oleh orang tuanya sendiri. Miris! Salahkah anak tersebut dilahirkan tanpa ada yang bertanggung jawab?

Apabila menyaksikan prihal-prihal ini, berbagai sudut pandang pun dihubungkan, khususnya indikator pemantik permaslahan yang kian lama kian naik secara signifikan. Sebagai indikator yang berpengaruh dalam membentuk kejadian-kejadian ini.

Apakah kemajuan teknologi, apakah budaya lokal yang mulai tergerus dan kurang diminati oleh generasi, atau faktor-faktor lain sebagai sabab musababnya.

Dan bagaimana dengan saudara-saudara kita yang mengidap penyakit AID atau yang terinfeksi HIV? Kemungkinan juga akan naik-kan?

Yang tidak tampak dipermukaan, tapi fakta sebenarnya mungkin lebih besar dari data-data statistik yang ada.

Mengapa orang takut cek HIV/AIDS 

Pengalaman ini saya ceritakan, ketika memeriksa kesehatan pada sebuah klinik. Untuk melihat tensi darah, kolestrol, kadar gula dan asam urat. Bersama dengan teman beberapa bulan yang lalu.

Setelah diperiksa salah satu perawat klinik, saya dan teman saya sangat terkejut dari hasil yang ia kemukakan. Bahwa saya berpotensi mengidap penyakit darah tinggi. Sedangkan teman saya berpotensi mengidap/mengalami kolestrol.

Dengan panjang lebar perawat pun menjelaskan apa akan dialami oleh kami, serta dengan gejala-gejala dan 'pantangan' yang tidak boleh kami lakukan. 

Seperti saya tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak, bersantan, buah durian, tidak boleh memakan daging kambing dan sebagainya. Karena dapat memicu tensi darah akan naik, dan katanya tidak boleh berpikir lain-lain.

Dari pengalaman ini, bermacam rasa yang dialami, senang juga ada sedikit rasa takut/cemas. Apalagi dengan pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan cukup banyak.

"bisa tidak jadi makan enak nih, ujar saya dengan teman".

Berdasarkan kejadian ini, mungkin, ketakutan untuk ikut tes AIDS dan HIV dewasa ini yang gencar dilakukan beberapa instansi, seperti BKKBN, Dinkes dan LSM peduli permasalahan seperti ini.

Membuat ada rasa takut, jangan-jangan kita terinfeksi virus HIV dan pengidap penyakit AIDS. Yang mana sering disampaikan bahwa suatu penyakit yang menakutkan, yang belum ditemukan obatnya, kalaupun ada obatnya, sudah pasti besar nominalnya.

Daripada memikir yang bukan-bukan lebih baik, tidak ikutan cek kesehatan/HIV/AIDS. Entar disampaikan bahwa terindikasi penyakit berbahaya, pungkas teman saya.

Mungkin, inilah mengapa data-data statistik pengidap penyakit berbahaya sulit terditeksi secara gamblang, karena orang-orang ketakutan ikutan dalam acara tes sperti ini, menurut mata awamku.

Selain menakutkan juga memalukan dalam kacamata publik, jika terindikasi mengidap penyakit ini. Akan menjadi buah bibir di masyarakat.

So, jika tidak mau ikutan tes, lebih menjauhi faktor-faktor yang menyebabkan hal ini, dan lebih baik berprilaku normal sobat!

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun