Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kompetisi Institusi Pendidikan dari Dua Sisi

20 Juni 2019   08:16 Diperbarui: 21 Juni 2019   03:30 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi belajar-mengajar. [Pixabay:com]

"Ilmu dan Nilai" adalah dua sisi yang selalu berhubungan jika mengacu kepada sebuah prestasi pencapaian dalam pendidikan. Semua pendidik sangat berharap kepada siswa untuk mendapatkan sebuah prestasi yang bagus. Tidak terkecuali bagi siswa/mahasiswa. Bahkan orang tua sangat berbesar hati bila melihat prestasi anaknya yang memuaskan.

Berbagai usaha pun akan dilakukan elemen-elemen pendidikan demi tujuan tersebut. Karena parameter keberhasilan pendidik dan sekolah dilihat dari mutu yang dibuktikan dengan ilmu dan nilai.

Semakin bermutu maka semakin baik kualitas ilmu dan nilai peserta didik. Dan bisa menjadi  unggulan, cermin bagi institusi-institusi lain untuk menjadikan sebuah rujukan atau percontohan.

Pepatah lama mengatakan di mana ada gula pasti ada semut, kalau sudah punya nama selalu akan dicari orang, jika banyak ikan dilubuk sungai pasti suka orang memancing.

Pepatah ini sangat relevan dalam konteks dunia pendidikan sekarang. Kompetisi antar institusi pendidikan baik dibawah pemerintahan atau swasta harus mengacu dari segi kualitas, bukan kuantitas yang mudah dan dipermudahkan supaya dapat peminat. 

Tapi, tidak menciptakan atau mewujudkan sisi yang berkualitas. Pendek kata, tindakan itu justru menjerumuskan mereka sendiri dan generasi yang akan datang. Berkompetisi secara kualitas sangat diaharapkan untuk menunjang arah rekonstruksi yang positif untuk kemajuan bersama.

Ada sebuah asumsi yang menarik dalam korelasi antara nilai dengan ilmu. Jika dipandang dari objektifitas atau standar kepantasannya. Nilai yang didapati peserta didik semestinya harus berdasarkan kapasitas mereka sendiri, bukan berdasarkan subjektifitas pendidik dan embel-embel lainnya.

Apalagi menjual sisi integritas keprofesionalan demi mendapatkan sesuatu. Seperti unsur kedekatan dengan si A atau jual beli si value atau mengejar jumlah peminat.

Jika merujuk paparan diatas, ada dua sisi sebuah korelasi penting dalam berkompetisi yaitu antara ilmu dan nilai, antara kualitas dan kuantitas.

Ilmu dan Nilai

Banyak kasus yang ditemukan dari peserta didik tidak bisa baca tulis, tidak mampu berhitung menjadikan sebuah evaluasi besar yang perlu dipertimbangkan kita semua. 

Dan kepantasan nilai disandang dengan fakta dilapangan yang jauh ‘panggang dari api’ tidak mampu membuktikan standar tinggi nilai mereka miliki. Punya nilai bagus tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Berkompetisi secara kualitas sangat diharapkan untuk menunjang arah rekonstruksi yang positif untuk kemajuan bersama."

Kalau kembali kepada standar ideal menimbulkan sebuah pertanyaan besar yaitu mengapa ini terjadi. Sebuah pertanyaan dan pernyataan yang sebnarnya sudah dipahami tapi membiarkan perihal itu dan membuang jauh rasa idealis dan cenderung menutup sebelah mata.

Di dalam pendidikan seharusnya ada tiga hal penting menjadikan tolak ukur yang mesti dimiliki siswa/mahasiswa secara garis besar:

Pertama, aspek Kognitif (pengetahuan)
Kedua, aspek Afektif (sikap)
Ketiga, aspek Psikotomorik (keterampilan)

Memiliki pengetahuan yang luas, bersikap baik dan memiliki keterampilan terakumulasi dalam ilmu dan nilai didapati. Inilah standar mutu yang harus diwujudkan ditengah gelombang degradasi dan distorsi pendidikan.

Kualitas dan Kuantitas

Bila melihat bermunculan pendirian institusi formal pendidikan di daerah yang bernaung dibawah yayasan atau swasta. Kalau dipandang dalam aspek ekonomi yaitu pembukaan lowongan pekerjaan dan tujuan mulia yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan anak bangsa. Suatu perkembangan yang sangat positif dan harus di apresiasi.

Tapi berangkat dari sebuah keperihatinan bersama, jangan karena mengejar kuantitas untuk menghidupkan institusi melupakan sisi mulia awal pendirian yaitu kualitas. Menjual beli-kan standar mutu pendidikan, memudahkan yang seharus tidak pantas untuk dilakukan. Menjadikan objek proyek pelacuran moral berkedok akademisi.

Kompetisi sehat dan berkualitas adalah suatu yang diharapkan. Dalam ilmu Ekonomi, Supply and Demand ketika mutu adalah brand yang dibuat secara tidak langsung menarik jumlah peminat akan datang. Karena emas yang akan dicari, di mana ada penawaran akan selalu ada permintaan.

Curup, 20 Juni 2019
Ibra Alfaroug

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun