***
Sesampainya di sawah, Raka melihat banyak orang di sana, ada yang memotong padi sampai pada batangnya, ada yang merontokkan padi dengan menggunakan mesin tradisional yang digerakkan dengan bantuan generator, alat tersebut berguna untuk memisahkan antara biji padi dengan daun maupun batang. Selanjutnya, ada yang bagian memasukkan padi ke dalam karung goni dan lainnya.
Raka juga ikut membantu memisahkan batang dan daun padi yang sudah tidak ada lagi biji padinya ke bagian tepi sawah. Biasanya orang menyebutnya jerami. Jerami oleh masyarakat desa biasanya digunakan untuk memberi makan ternak seperti sapi. Namun, jerami akan memiliki fungsi lain ketika di tangan Raka. Ia akan membiarkan beberapa hari jerami di sawah agar kering. Setelah itu ia akan mengambilnya dan membuatnya menjadi sarang, kemudian ia letakkan di dahan atau ranting pepohonan.
Setelah semua orang telah menyelesaikan pekerjaanya, sekarang adalah waktunya untuk makan siang. Bu Ningrum membagikan satu persatu piring kepada orang-orang yang membantu panen padi di sawahnya. Kemudian menyiapkan nasi beserta lauk pauknya. Mereka semua makan bersama di sawah.
Matahari semakin terik ketika semua orang telah menyelesaikan makan siang. Karung-karung yang telah berisi padi juga sudah siap di angkut dan dibawa pulang ke rumah. Selanjutnya, bagian Raka adalah membantu ibunya untuk membawa kembali wadah yang digunakan untuk membawa makanan. Kemudian pulang ke rumah dengan jalan kaki.
***
Tiga hari setelah panen. Raka sudah tidak sabar untuk kembali lagi ke sawah. Di dalam kelas, ia sangat antusias menunggu jam pulang sekolah tiba. Ketika jam pelajaran telah usai, ia langsung menghamburkan diri keluar kelas, namun setelah di depan pintu binar dimatanya meredup seperti warna langit yang kini berwarna abu-abu, tertutup mendung. Sepanjang perjalanan, ia mengayuh sepeda sambil sesekali melirik ke langit berharap tidak jadi turun hujan siang ini. Akan tetapi, harapannya pupus ketika langit semakin petang sesampainya rumah, hujan turun begitu deras mengguyur tanah.
Raka berdiri menghadap jendela kamarnya dengan tatapan kecewa. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, namun hujan menggagalkan semua rencananya. Ia telah berencana untuk pergi ke sawah sore nanti, untuk membuat sarang burung dari jerami yang telah kering.
***
Sejak kecil, Raka selalu terpesona dengan burung-burung yang terbang bebas di sawah. Ia ingat sekali saat kecil, ia pernah menemukan sarang burung yang hancur setelah angin kencang menerpa. Telur-telur itu pecah, dan Raka merasa sangat sedih. Sejak saat itu, ia selalu berusaha membuat sarang baru setiap kali ada kesempatan. Ia ingin memastikan bahwa burung-burung itu bisa bertelur dengan aman, meskipun kadang ia merasa kesulitan menemukan jerami yang cukup. Mungkin ia belum tahu apa yang seharusnya dilakukan alam dengan cara alami, tapi baginya, merawat telur burung adalah caranya untuk membantu, bahkan jika itu berarti harus menunggu sabar hingga telur itu menetas.
Bapaknya yang baru pulang dari sawah kemudian melihat Raka termenung menghadap jendela, menghampirinya. "Kenapa kok mukanya cemberut gitu?" tanya bapaknya.