Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Alternatif Kepadatan Lahan Kuburan

27 Januari 2024   19:49 Diperbarui: 27 Januari 2024   19:54 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pribadi dari AI Image

            Memang prosesi terhadap jenazah tidak hanya diatasi dengan cara dikubur. Ada pula yang dengan cara dibakar, sesuai dengan agama, kepercayaan, maupun faktor sosial lainnya yang mempengaruhi prosesi baik dari orang yang masih hidup ataupun wasiat dari orang yang mati. Akan tetapi, sebagai negeri dengan mayoritas muslim rasanya kepadatan penduduk dan kepadatan kuburan menjadi persoalan tersendiri.

            Beberapa tahun ke belakang permasalahan ini memang sempat menjadi pembahasan yang cukup signifikan di TV. Sempat ramai bahasan tentang kompleks kuburan mewah bernama San Diego Hill . Di kampung halaman penulis pun masyarakat kampung sudah mulai kebingungan untuk mencari tanah baru sebagai lahan kuburan. Akhirnya yang mati maupun yang hidup sama-sama memperebutkan lahan.

            Berikut ini video yang membahas salah satu pemukiman warga yang sangat bersahabat dengan kuburan:


            Membahas orang mati memang menarik, sepanjang sejarah sering kali kuburan menjadi media yang menjembatan antara dunia materiel dan imateriel. Ada yang menggunakan tulang belulang leluhurnya, abu yang disimpan di dalam botol, ataupun kuburan sebagai medianya. Bagi yang menggunakan kedua media tadi keunggulannya lebih hemat tempat memang. Tapi bukan berarti solusi yang menguburkan jenazah itu dengan kedua cara tadi dong.

            Lalu bagaimana dong? Apa harus di kuburkan di bawah air yang tanahnya masih luas? Yo Tidak Tahu, Kok Tanya Saya.

            Pertanyaan berikutnya, mengapa sesudah miliyaran orang lebih semenjak dahulu mati dan dikuburkan. Kok masih banyak tempat tersedia untuk dijadikan kuburan bahkan ditempati? Mungkin kuburan-kuburan tersebut sudah tertimbun tanah atau rusak oleh bencana. Sehingga Tuhan masih memberikan tempat yang lapang bagi manusia yang hidup untuk berkegiatan di atasnya.

            Lalu setelah mengetahui bahwa Tuhan pasti memberikan jalan bagi makhluknya, apakah solusi satu-satunya ialah berpangku tangan?

            Jika menggunakan kacamata kebudayaan Islam, memang ada salah satu madzhab yang mengajarkan untuk tidak membuat kuburan menjadi permanen. Tidak dirapikan dengan tembok atau keramik, apalagi dibuat bangunan di atasnya seperti kuburan-kuburan keramat yang banyak diziarahi di Indonesia. Bagi mereka, jika bangunan dibuat demikian maka hukumnya haram karena takut akan menjadi sumber kesyirikan (menyekutukan Tuhan).

            Namun demikian, problem lain yang muncul ialah kesulitan melacak sejarah di kemudian hari seandainya kuburan tersebut hancur. Karena memang madzhab tersebut mengajarkan konsep kuburan yang sederhana, cukup dengan gundukan tanah dan nisan. Bahkan nisannya pun sebagai pertanda nama saja, tidak muluk-muluk sampai dihias-hias karena konsepnya juga kesederhanaan. Sehingga kuburan akan mudah hilang oleh bencana, ataupun gejala alam lainnya yang memungkinkan tanah menjadi rata.

            Saya menjadi teringat pada komunitas Indonesia Graveyard Community. Mereka sendiri merupakan komunitas yang kegiatannya mencari dan merawat kuburan-kuburan penting untuk menelusuri dan menjaga jejak sejarah yang dikandungnya. Karena ternyata masih banyak kuburan tokoh yang masih tersembunyi. Atau justru banyak kuburan yang mengandung unsur sejarah, hanya saja masyarakat tidak menyadarinya sehingga tidak terawat dengan baik.

            Dari berbagai persoalan yang disampaikan, sepertinya ada beberapa alternatif yang bisa ditawarkan. Terlepas dari hukum agama yang mengikatnya:

  • Kuburan bawah air, ini pikiran liar saya saja pas waktu kecil sih. Kejadiannya saat sekolah yang diasuh oleh Ayah saya diprotes oleh salah satu keluarga masyarakat sekitar. Katanya sih ada kuburan leluhurnya yang tertimbun oleh bangunan sekolah. Juga saat terjadi pelebaran jalan yang memakan beberapa meter bagian sekolah, ditemukan tulang belulang manusia. Saya yang masih sekolah dasar bergumam, "kayanya aku kalau mati mending dikuburin di bawah air saja deh. Kan lautan lebih luas daripada daratan yak."
  • Pembangkit Listrik Tenaga Mayat, yap betul tenaga mayat yang dibakar. Ini saya temukan di game city skyline. Game tersebut konsepnya mengatur tata kota. Diantara tata kota yang harus diperhatikan dalam game itu ialah suplai listrik dan pemakaman. Nah, diantara solusi yang bisa mengatasi keduanya ialah krematorium yang terpadu dengan pembangkit listrik.
  • Pupuk Mayat Pohon Kehidupan, ini saya temukan saat berselancar di Internet. Katanya sih mayat manusia yang subur bisa dijadikan sebagai media tanam masa depan.[1] Mirip dengan konsep Sel Pohon Hashirama Senju dan mayat Zetsu Putih ya? hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun