Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Humor

Mencari Nabi yang Stand Up Komedian

17 Juni 2023   08:09 Diperbarui: 17 Juni 2023   08:22 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Kalau ditanya nabi yang paling ganteng, Kita menjawabnya Nabi Yusuf. Ditanya yang paling kaya, ya Nabi Sulaiman. Kalau yang paling bagus suaranya, Nabi Dawud jawabannya. Dipungkas dengan yang paling kumplit memenuhi semua keterbaikan ya Nabi Muhammad. Demikian keyakinan yang ada di kaum muslimin.

Dari keseluruhan kisah para Nabi yang terangkat pada kisah-kisah di pengajian ataupun sekolahan. Kira-kira apa saja yang teringat? Kalau saya sendiri selalu ingat pada genre kesedihan, siksaan dari yang membenci, kesabaran menghadapi umat, puncaknya biasanya pada adzab yang diturunkan pada umat-umat yang sudah keterlaluan. Memang ada juga sebagian yang terkesan bergenre komedi, seperti dark jokesnya Nabi Muhammad saat mengatakan pada seorang nenek kalau dia tak akan masuk surga. Atau sahabat dari Arab Badui yang kencing di Masjid Nabawi, kemudian nabi memerintahkan sahabat untuk membiarkannya.

Tapi untuk Nabi yang bisa disebut sebagai komedian ada nggak ya? Meskipun sebenarnya untuk menjadi pembicara tunggal di tengah kerumunan orang, semua Nabi yang menjadi Rasul sepertinya mengalaminya. Segitu pun untuk konteks zaman sekarang sepertinya aneh ya. Coba bayangkan saja ada seseorang yang bicara di tengah-tengah mall untuk berdakwah, "hei masyarakat!". Betapa nekad bukan? Mungkin Kita akan menjadi golongan pencemoohnya yang tak beda jauh dari pencemooh nabi-nabi zaman dahulu.

Tapi nih tapi lagi. Salah satu fungsi humor selain daripada untuk hiburan, katarsis jiwa yang mumet, dan defense mechanism. Meminjam dari buku "Menjadi Manusia Menjadi Hamba" karyanya Fakhruddin Faiz, ada lagi fungsi kritik dan introspeksi. Teman pembaca yang mengikuti komedi dalam bentuk Stand Up mungkin sudah tak asing lagi dengan satir-satir komika pada pemerintah yang nakal. Bahkan  pemerintah sendiri sengaja menghadirkan acara roasting sebagai bagian dari pembuktian kalau pemerintah itu terbuka pada kritik.  Kritik, entah apa introspeksi atau tidaknya. 

Dari fungsi kritik ini, mungkin ada nih, Nabi yang menggunakan humor sebagai cara dakwah pada pemerintah yang berkuasa saat itu. Nabi Musa pada Fir'aun tepatnya. Bukan tanpa dasar, jika dicocoklogi-kan, ada ayat yang memerintahkan pada Nabi Musa agar menyampaikan peringatan pada Fir'aun dengan cara lemah lembut. "Pergilah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka, bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudah-mudahan ia akan ingat dan takut." (QS Thaha : 43-44). 

Hanya saja, Sense of Humornya Firaun itu lemah. Makanya dia mengejar Nabi Musa beserta kaumnya sampai harus menyebrangi lautan.

Sedangkan Nabi Musa, memiliki sense of humor yang tinggi. Bagaimana tidak? Untuk menghadapi orang Yahudi kala itu yang keras kepalanya melebihi ereksi. Tentu saja Nabi Musa membutuhkan Humor sebagai katarsis atas segala cobaan yang ada.

Maka, sulitnya tertawa harus menjadi tanda. Jangan-jangan Kita sedang dalam perjalanan menjadi fir'aun. Kalau seperti fir'aun yang menjadi penguasa dunia ya tidak masalah. Apa jadinya jika tertawa tidak, tapi miskin iya.

"Jika tak bisa mati di medan perang. Mati di medan tawa tak ada salahnya"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun