Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Nasib Penelitian Sastra di Tengah Derasnya Kecerdasan Artificial Intelligence

24 November 2023   17:34 Diperbarui: 27 November 2023   19:30 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis puisi. (Sumber gambar: Pixabay/Pexel)

"Kalau Ingin Anakmu Cerdas, Ajarkan Ia Sastra" Saidina Ali

Selama 12 tahun lebih, penulis mengajarkan mata kuliah Metode Penelitian di Sebuah Universitas Swasta terkemuka di bumi Serambi Mekah (Aceh) Selama masa tersebut tentunya  sedikit banyak mengetahui tentang bentuk, pendekatan dan jenis penelitian yang diajarkan kepada mahasiswa.  

Secara umum jenis penelitian yang dipelajari di perguruan tinggi adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Masing- masing penelitian tersebut punya karakter dan bagian tersendiri tergantung pada pendekatan yang diambil oleh mahasiswa. 

Pengalaman penulis, dari sekian banyak jenis pendekatan kualitatif, penelitian sastra termasuk penelitian yang kurang diminati oleh mahasiswa. Ketika diberi kesempatan untuk menyusun proposal penelitian sebagai tugas matakuliah. 

Mereka rata - rata memilih pendekatan kualitatif yang bergerak di bidang pendidikan dan kebahasaan. Ini berbanding terbalik dengan jumlah tabulasi mata kuliah sastra yang mereka pelajari. 

Pada waktu penyusunan silabus matakuliah, sastra diberikan lebih dari 30 persen dari jumlah matakuliah, baik yang berhubungan dengan pendidikan, bahasa,  Sastra Indonesia dan Daerah.

Tabulasi mata kuliah sastra sebanyak 30 persen lebih merupakan suatu peluang bagi mahasiswa untuk mengulik bagaimana perkembangan sastra Nusantara, baik sastra lisan maupun tulisan atau bahkan sastra daerah. 

Sastra daerah pun di negeri ini mempunyai bentuk  yang khas dari berbagai daerah. Hal inilah yang disebut dengan kekayaan budaya nusantara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat kurangnya motivasi mahasiswa untuk melakukan riset tentang sastra. 

Kemudian untuk menjawab rasa penasaran, penulis mencoba menguak tabir mengapa satra tidak mau dijadikan sebagai objek penelitian oleh mahasiswa yang  rata rata disi oleh generasi Z. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun