Mohon tunggu...
Zaenal Aripin
Zaenal Aripin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ojek Online

Hobi bermusik. Musik adalah suatu seni dimana disitu ada bunyi-bunyian yang mengandung arti bagi pemain maupun yang mendengar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wajah Kematian

2 November 2014   06:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:54 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika suatu hari nanti Kematian datang dan menyapa
dirimu, bagaimana kamu akan menjawab
panggilannya?
Apakah kamu akan menyambutnya penuh kehangatan
dan rasa terima kasih karena ia akhirnya mengingat
dirimu?
Ataukah kamu akan membujuknya supaya pergi
menemui orang lain dulu dan diam-diam berharap
setelahnya Kematian akan lupa untuk kembali
menjemputmu?
Atau kamu sama sekali tidak peduli akan
kehadirannya?
Pernahkah kamu membayangkan seperti apakah
wajah Kematian itu? Apakah ia berjubah hitam tanpa
wajah yang bisa kamu lihat ketika kamu menyibak
tudungnya,tapi kamu bisa merasakan ada yang
bergerak di bawahnya?
Terkadang aku membayangkan Kematian itu seperti
seorang anak kecil yang suka bermain dan
menyebarkan aura menyenangkan ketika berada
bersamanya sehingga banyak orang yang datang
mendekat dan ketika mereka tersadar wajah asli di
balik keluguan wajah seorang bocah, segalanya telah
terlambat karena mereka sudah tidak bisa lari dari
cengkramannya.
Di lain waktu aku membayangkan Kematian itu
menyamar sebagai wanita berparas cantik yang
menebarkan harum segar musim semi yang membuat
semua mata memandang penuh damba ingin berada
dalam dekapannya, hanya saja yang tidak mereka
ketahui adalah sekali berada dalam dekapan
Kematian maka jangan harap mereka bisa kembali
melihat datangnya Matahari.
Kematian bisa jadi awalnya terlihat welas asih, aku
membayangkan sosok yang menemani di saat tidur
sambil mengelus lembut kepala dan membisikkan
kalimat-kalimat penuh rasa sayang dan penghiburan
padahal diam-diam ia menghirup napas hidup
seseorang sampai tidak bersisa sehingga ketika
ditemukan yang tertinggal hanya tubuh yang terbujur
kaku tanpa denyut kehidupan.
Pernahkah Kematian menampakkan wajah garang
karena ia tahu tidak akan ada yang bisa lari
menghindar darinya? Ataukah ia lebih senang
memakai topeng sehingga tidak ada yang mengenali
sosoknya di tengah kerumunan? Pasti Kematian sering
menyeringai melihat betapa manusia suka bermain
petak umpet dengannya walau tahu bahwa Kematian
akan selalu dapat menemukan keberadaannya!
Temanku pernah berkata bahwa Kematian itu adalah
suatu wake up call, penting bagi kita untuk menyadari
bahwa waktu kita di bumi itu terbatas, suka atau tidak
suka, pada saatnya nanti, Kematian pasti akan datang
menemui setiap dari kita yang bernapas di dunia ini.
Lucu juga bila dipikir betapa Kematian itu sendiri
merupakan sebuah akhir sekaligus sebuah awal dari
sesuatu yang baru, maksudku akhir dari kehidupan di
bumi sekaligus awal dari kehidupan kekal yang akan
kita jalani.
Bila Kematian adalah sesuatu yang pasti, mengapakah
banyak dari kita yang tidak siap menghadapinya? Bila
Kematian adalah sesuatu yang pasti, bagaimanakah
sebaiknya kita menjalani kehidupan?
Setiap awal akan menemui sebuah akhiran dan setiap
dari kita mempunyai garis awal dan garis akhir yang
sama berupa kelahiran dan kematian, bagaimana kita
mengisi waktu di antara kedua rentang itulah yang
akan membedakan hasil akhirnya.
a wake up call it is and there's no need to postpone
any longer to start fixing what was once went wrong
and start being true to your heart..
Topic ended : Kamis, 6 Oktober 2011 (9:50 pm)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun