Mohon tunggu...
Mukarromatul Fitriyah
Mukarromatul Fitriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa UIN KHAS JEMBER, saya suka menulis baik itu cerpen, artikel, novel dll.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

"Tren Perilaku Konsumtif Remaja: Ketergantungan pada Barang Impor dan Implikasinya"

13 Oktober 2023   22:21 Diperbarui: 15 Oktober 2023   18:38 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Tren Budaya dan Status Sosial

Remaja seringkali memandang produk impor sebagai simbol status sosial. Memiliki barang-barang impor dianggap sebagai tanda keberhasilan atau kekinian. Dalam upaya untuk memenuhi ekspektasi sosial ini, remaja cenderung mengonsumsi produk impor, terlepas dari kebutuhan nyata mereka.

Tren budaya dan status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumtif terhadap produk impor. Sebagai contoh kasus, pertimbangkan fenomena tren kecantikan yang sedang berkembang di suatu negara di mana kulit cerah dianggap sebagai standar kecantikan yang diinginkan.

Di negara tersebut, tren kecantikan yang sedang berkembang adalah kulit cerah. Wanita yang memiliki kulit cerah dianggap lebih cantik dan sukses menurut standar kecantikan lokal. Media sosial, iklan, dan selebriti lokal memperkuat citra ini dengan mempromosikan produk-produk perawatan kulit impor yang diklaim mampu mencerahkan kulit secara efektif. Seorang wanita muda yang terpengaruh oleh tren ini mungkin merasa terdorong untuk membeli produk impor tertentu yang diklaim dapat mencerahkan kulit dengan cepat. Karena produk tersebut dianggap eksklusif dan berasal dari luar negeri, memiliki produk tersebut dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi. Wanita tersebut mungkin merasa bahwa memiliki produk impor tersebut akan membuatnya lebih mirip dengan idola kecantikan yang ia kagumi di media sosial.

Dalam kasus ini, tren budaya yang mengutamakan kulit cerah dan status sosial yang terkait dengan memiliki produk impor berinteraksi secara kompleks. Tren kecantikan lokal mempengaruhi keinginan konsumen untuk membeli produk impor tertentu, sementara status sosial yang terkait dengan memiliki produk impor tersebut memperkuat keinginan tersebut.

Perilaku konsumtif terhadap produk impor dalam konteks ini dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap keindahan, tren budaya lokal, serta keinginan untuk mencapai status sosial tertentu melalui kepemilikan produk impor yang dianggap eksklusif.


3. Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya

Pengaruh dari lingkungan sekitar juga memainkan peran penting. Contoh kasus seorang remaja sering merasa tertekan oleh teman-temannya di sekolah yang memiliki produk impor terbaru. Teman-temannya sering memamerkan barang-barang mewah dari luar negeri yang mereka miliki, seperti ponsel pintar terbaru atau pakaian merek terkenal. Di rumah, kakak perempuannya, Sarah, juga memperlihatkan produk impor seperti tas desainer dan perhiasan eksklusif yang dia beli ketika bepergian ke luar negeri. remaja tersebut merasa tertekan untuk memiliki barang-barang serupa agar bisa diterima dan diakui oleh teman-temannya. Keluarganya juga mendukung keinginan Maya dengan memberinya uang saku lebih besar agar dia bisa membeli produk impor yang diinginkan. Dalam hal ini, pengaruh keluarga dan teman sebaya secara bersama-sama mempengaruhi perilaku konsumtif Maya terhadap produk impor.

Pengaruh keluarga terlihat melalui peningkatan uang saku, yang memberikan Maya akses ke produk impor yang diinginkan. Di sisi lain, teman-teman sebayanya memperkuat keinginannya untuk memiliki barang-barang impor tersebut, menciptakan tekanan sosial yang mendorongnya untuk mengikuti tren konsumsi yang ada di lingkungannya.

Dalam kasus ini, seorang remaja tersebut tergoda untuk membeli produk impor sebagai cara untuk mendapatkan validasi sosial dan mempertahankan hubungan baik dengan teman-temannya. Pengaruh dari keluarga dan teman sebayanya menciptakan motivasi dan dorongan bagi Maya untuk mengambil keputusan konsumsi yang mungkin melebihi kemampuan finansialnya, karena dia ingin tetap terlihat sejajar dengan lingkungannya.

Oleh sebab itu pentingnya bagi pendidik, orangtua, dan masyarakat memiliki peran kunci dalam membantu remaja mengatasi perilaku konsumtif terhadap produk impor. Pendidikan keuangan yang mencakup pemahaman tentang pengelolaan uang dan pengambilan keputusan konsumen yang bijak dapat membantu remaja mengembangkan sikap yang lebih sehat terhadap konsumsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun