Mohon tunggu...
Muja Hidin
Muja Hidin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas mulawarman

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ~pramoedya ananta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa, Kampus, dan Jalan Kepemimpinan Intelektual

19 September 2020   13:10 Diperbarui: 19 September 2020   13:19 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi pribadi

Ketika ia menggunakan narasi intelektual atau Gerakan intelktual (intellectual movement) sebagai fondasi dari gaya kepemimpinnya tentunya ini akan menjadi hal yang mendasar sekali bagaimana gaya kepemimpinan mahasiwa di organ-organ internal kampus juga akan berpengaruh pada character building dari mahasiswa-mahasiwa di dalamnya.

Karena seorang pemimpin sendiri memiliki semacam kharisma yang dapat mempengaruhi orang-orang yang di dipimpinnya tentunya yang saya maksud disini, adalah orientasinya dalam bentuk kharisma sebagai seorang pemimpin intelektual di kalangan mahasiwa.

Maka pada hari ini sudah saatnya wacana-wacana itu di munculkan dalam konteks demokrasi memang sejatinya wacana perebutan kekuasaan dan kepemimpinn itu adalah yang wajar saja, tapi orientasinya wacana yang harus di bangun juga harus sesuai dengan sebagaimana hakikat Dan esensi dalam berdemokrasi.

Pada dasarnya wacana pertarungan dalam kampus khususnya karena kita adalah figure mahasiswa yang sangat identik dengan aktivitas-aktivitas intelektualnya maka konsep yang di bangun pun harus relevan dengan apa yang menjadi hakikat seorang mahasiswa yaitu sebagai calon intelektual bangsa. 

Maka wacana kepemimpinan yang di bangun pun sudah sangat sesuai Ketika itu memiliki nuansa intelektualitas ,maka sejatinya demokrasi yang harus di ciptakan di dalam kampus hari ini adalah demokrasi yang mampu membentuk sebuah iklim politik yang menciptakan calon-calon pemimpin intelektual di kalangan mahasiwa kampus .

Maka dalam hal ini terakhir saya ingin memakai istilah Antonio Gramsci "hegemoni dan kekuasaan" yg saya ingin katakan bahwa untuk menundukan sebuah dominasi system kekuasaan yang secara konsensual hanya membangun hegemoni pada kekuatan determinasi politik pada kekuatan dominasi kelompok atau golongan.

Maka sistem counter hegemoni yang di bangun adalah dengan membentuk wacana sistem perlawanan dalam aspek kepemimpinan moral dan kepemimpinan intelektual. 

Karena pada dasarnya determinasi kekuasaan yang di bangun berdasarkan fondasi moral ,dan intelektual itu memiliki fondasi yang lebih kuat daripada kekuasaan/orientasi kepemimpinan yang hanya di bangun secara determinasi pada konteks dominasi kelompok-kelompok  tertentu.

Masa-masa mahasiswa adalah masa di mana untuk membentuk kekuatan intelektual, maka dalam konteks ini mahasiswa harus mampu menjadikan kampus sebagai organ yang mampu membangun intelektualitas, sebagai intelektual yang bukan hanya sekedar intelektual tradisionil yang aktivitas intelektualnya hanya bersifat otonom (individu).

Maksud adalah sebagai intelektual organik yang juga secara peran dan aktivitasnya berperan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara maka salah satu Cara yang dapat di bangun untuk menuju proses tersebut adalah dengan membangun sebuah relasi kekuasaan/kepemimpinan di dalam kampus yang memiliki kultur intelektual khususnya di dalam kampus.

Penulis : Mujahidin (Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan universitas mulawarman)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun