Berpikir positif, dan menjalin komunikasi efektif, baik verbal maupun non-verbal, adalah hal yang sangat penting dalam proses perjalanan mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga.
Kedua, Selain itu, menurut pakar dan Guru Besar Psikologi Universitas Ain Syams, Kairo, Prof. Dr. Adil Shadiq, dalam bukunya, Rau'at az-Zawaj (Indahnya Perkawinan), yang dijadikan rujukan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab, memberi semacam wasiat untuk pasangan suami istri dalam merengkuh keharmonisan rumah tangganya, antara lain, sebagai berikut:
Jadikanlah pasangan sebagai pusat perhatian. Artinya, bahwa semua aktivitas hendaknya mengarah kepada hal yang dapat membahagiakan pasangan, lahir maupun batin.
Seperti halnya di alam semesta ini ada matahari yang menjadi pusat orbit beredarnya planet-planet tatasurya, maka matahari dalam kehidupan rumah tangga adalah pasangan masing-masing
Wujudkan kepribadian sebagai lelaki/perempuan. Setiap lelaki dan perempuan memiliki sifat-sifat dan karakter yang khas dan unik. Masing-masing membutuhkan keterikatan.
Perempuan tidak mungkin akan bahagia berhubungan dengan lelaki yang tidak mampu memahami sifat-sifat dan karakter kewanitaannya. Demikian juga sebaliknya. Lelaki pasti menjauh dari perempuan---walaupun ia adalah istri yang dicintainya---jika sifat kejantanannya dilecehkan atau tidak dihargai.
Jangan menabur benih keraguan. Tidak ada hubungan antarmanusia yang sehat jika tidak disertai dengan kepercayaan, lebih-lebih hubungan suami istri. Saling percaya antara suami istri itu penting.
Pembagian tanggung jawab. Lakukan dialog. Siapkan diri melakukan aneka peranan. Tunjukkan cinta dan kebanggaan. Keseimbangan ekonomi. Perhatian pada keluarga besar. Dan menjaga privasi dan hubungan dengan pihak lain. (Lihat, M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Quran: Kalung Permata Buat Anak-anakku, Penerbit Lentera Hati, 2011).
Dari itu semua, pasangan suami istri harus saling menyadari bahwa dalam perkawinan banyak hal yang bisa dilakukan. Tidak melulu pemenuhan kebutuhan seks. Walaupun itu adalah penting dan fitrah. Tetapi jika orientasi perkawinan hanya sekadar seks, maka jangan menyesal jika akhirnya yang dirasakan kekecewaan demi kekecewaan.
Setiap makhluk diciptakan oleh Tuhan membawa keterbatasan dan kelemahan. Maka adalah kearifan jika antara suami istri menyadari selain kelebihan, juga keterbatasan, dan kelemahannya masing-masing. Semua ada batasnya. Semua memiliki ketidaksempurnaan. Camkanlah.Â
Dan ikuti terus tulisan saya selanjutnya, masih berkaitan dengan masalah ini, "Salah Kaprah, Membaca Teks Agama tentang Hubungan Seksual Suami Istri". Tabik.