Mohon tunggu...
Muhammad Viki Riandi
Muhammad Viki Riandi Mohon Tunggu... Founder Komunitas Sayang Jiwa dan Otak | Founder Lingkar Yatim Khatulistiwa

Seorang hamba yang sangat bergantung pada Rabb-nya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sambas-Sarawak, Menyulam Kembali Jejak Alam Melayu di Ujung Pulau Borneo

30 Juni 2025   12:39 Diperbarui: 1 Juli 2025   11:24 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Masjid Jami' Sultan Muhammad Syafiuddin II  dibuat pertama-tama pada  10 Oktober 1885 M/qoobah.co.id

Bahasa, adat-istiadat, dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat Sambas, dan Melayu Sarawak nyaris serupa menunjukkan bahwa mereka berasal dari akar yang sama, dengan pengaruh Islam sebagai pemersatu utamanya sejak abad ke-16.

"Hingga kini banyak orang tak menyadari bahwa Sambas, dan Sarawak dulunya tidak dibatasi oleh imajinasi negara seperti sekarang. Di masa lalu, sungai bukanlah pemisah, tapi penghubung. Orang Sambas berdagang ke hulu, menikah dengan orang Melayu Serawak, dan begitu pula sebaliknya. Perpindahan penduduk antara Sambas, dan wilayah Sarawak seperti Lundu, Bau, hingga Kuching bukan hal langka. Bahkan, masih banyak keluarga hari ini yang terbagi dua kewarganegaraan karena sejarah itu. Ada yang tinggal di Tebedu, tetapi punya keluarga di Jagoi Babang. Ada yang berasal dari kampung Melayu di Kuching, tetapi memegang warisan tanah di Sambas. Ini bukan kebetulan, tapi warisan dari masa ketika identitas dibentuk oleh adat, dan agama, bukan oleh paspor, dan visa."

Lalu datanglah masa kolonialisme, dan segalanya berubah. Inggris masuk ke Sarawak melalui James Brooke pada 1841, menjadikannya wilayah kekuasaan pribadi yang kemudian berubah menjadi koloni Inggris. Sementara Belanda mengukuhkan cengkeramannya atas Sambas dan sekitarnya.

Di sinilah garis batas mulai terbentuk. Bukan hanya batas fisik, tetapi juga batas sistem pendidikan, birokrasi, bahkan cara pandang. Sarawak tumbuh dengan pengaruh Inggris, hukum umum, administrasi modern, dan sistem proteksi lokal. Sambas, dengan warisan Belanda, berkembang dengan gaya administrasi Eropa daratan dan segregasi sosial yang lebih terasa.

Tapi semua itu tak pernah cukup kuat memutus rasa: bahasa yang tetap serumpun, Islam yang tetap menjadi napas bersama, serta adat Melayu yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pasca kemerdekaan, Sambas menjadi bagian dari Indonesia, dan Sarawak dari Malaysia. Masa konfrontasi tahun 1963-1966 sempat menjadi babak gelap dalam hubungan keduanya. Pemerintah Indonesia di masa itu menentang pembentukan Federasi Malaysia, dan perbatasan menjadi wilayah penuh ketegangan.

Foto makam Sultan Tengah, putra Sultan Brunei. Keturunannya membangun dinasti kerajaan Sambas/sambas today
Foto makam Sultan Tengah, putra Sultan Brunei. Keturunannya membangun dinasti kerajaan Sambas/sambas today

Namun sejarah tak pernah bisa dibungkam sepenuhnya. Selepas konfrontasi, hubungan perlahan kembali pulih. Masyarakat di perbatasan kembali menjalin hubungan sosial, budaya, dan ekonomi secara informal.

Banyak warga Sambas yang memiliki keluarga di Sarawak, dan sebaliknya. Bahkan sampai hari ini, pernikahan antarwarga lintas batas tetap berlangsung. 

Perjalanan darat dari Sambas menuju Sarawak melalui pintu Entikong, atau Aruk kini menjadi saksi bisu bahwa peradaban yang dulu satu kini berusaha menyatu kembali secara damai.

Seperti air sungai yang mengalir tak bisa dibendung, hubungan antarwarga tetap berlangsung dalam diam, dalam sembunyi, dalam ikatan darah, dan budaya. Dan setelah konfrontasi mereda, perlahan-lahan hubungan itu tumbuh kembali, lebih kuat, dan sadar akan nilai persaudaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun