Ketika keceriaan berakulturasi dalam kepedihan sang nurani.Membungkus tirai rasa yang harmoni.Dikala semua insan berperan sebagai wayang sang Rabbi.Akankah semua bisa terulangi?.
Sulit rasanya menjadi pribadi yang sempurna bagai sang Muhammad
Tatkala semua berantusias memuaskan hajat yang sesaat.
Sementara semesta masih muak dengan apa yang telah diperbuat.
Akankah tabir kepalsuan ini terus mencuat dibalik maksiat yang nikmat?.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!