Mohon tunggu...
Muhlis Lamuru
Muhlis Lamuru Mohon Tunggu... Guru - Penting tak Penting

Lahir di sebuah Dusun terpencil di Kab. Bone, Sulawesi-Selatan. Namanya, Dusun Masumpu, Des. Massengrengpu, Kec Lamuru. Dusun tersebut baru dialiri listrik PLN pada pertengahan tahun 1999. Muhlis Lamuru menghabiskan masa kecil di Kampung halaman dan bersekolah di MI 43 Pising (Masumpu) dan SLTP di Kecamatan sebelum hijrah ke Kota Makassar melanjutkan pendidikan menengah. Sejak 2004 hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan Tinggi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dan, tahun 2010 mencoba mengadu nasib n memulai hidup baru di Ibu Kota Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sokko' Lemma' na Sokko' Tojo

15 April 2020   10:15 Diperbarui: 15 April 2020   10:27 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kedua istilah Bugis tersebut muncul dalam pembicaraan kami di Group WA beberapa hari lalu. Saya mencoba mencari padanan kata yang tepat dalam Bahasa Indonesia, namun saya agak kesulitan menemukannya. Singkatnya, Sokko' Lemma' na Sokko Tojo merupakan dua frase yang dihubungkan oleh kata sambung; Sokko Lemma dan Sokko Tojo.  Na dalam hal ini adalah kata penghubung yang padanan kata dalam bahasa Indonesia adalah Dan.

Saya coba memberikan penjelasan tentang makna sokko lemma na sokko tojo baik secara literal dan juga konteksnya walau saya juga tidak yakin tentang kesempurnaannya. Sokko lemma terbagi dua kata yaitu sokko dan lemma. Sokko artinya nasi ketan sedangkan lemma artinya pulen. 

Dalam hal ini beras ketan yang sudah dikukus akan menjadi sokko. Jadi sokko lemma secara literal bisa diartikan nasi ketan pulen. Sementara itu, tojo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kaku atau keras. Dengan demikian, sokko tojo merupakan kebalikan dari sokko lemma. Sokko tojo adalah nasi ketan yang keras atau kaku.

Biasanya sokko menjadi lemma' atau tojo dipengaruhi oleh kualitas beras ketannya. Ada beras ketan yang berkualitas bagus yang tentunya akan menghasilkan sokko lemma dan ada juga beras ketan yang berkualitas rendah. Beras ketan jenis ini saat dibuat jadi sokko menjadi sokko tojo. Selain itu, sokko yang sudah lama secara alamiah akan menjadi matojo. Jadilah sokko tojo. Untuk membuatnya kembali menjadi sokko lemma, sokko tojo harus dikukus kembali atau dipanaskan.

Dalam tradisi Bugis ungkapan sokko lemma na sokko tojo sangat popular. Biasanya, sokko lemma sering digambarkan sebagai ekspresi kemudahan atau kebahagian. Sokko lemma sering disandingkan dengan santang manu (opor ayam). 

Pada Sokko lemma na santang manu artinya ibarat nasi ketan pulen dan opor ayam. Perpaduan antara sokko lemma dan santang manu' secara tradional dikenal sebagai makanan favorit yang kelesatannya tiada tara. 

Jadi secara literal ungkapan ini menggambarkan kelesatan makanan. Namun, dalam konteks non makanan, ungkapan itu menggambarkan suasana kebahagiaan atau kemudahan yang kita peroleh. Pekerjaan yang mudah diselesaikan sering diibaratkan dengan sokko lemma. Biasanya orang lebih memilih pekerjaan yang mudah diselesaikan dibanding pekerjaan yang sulit diselesaikan.

Lain lagi dengan sokko tojo, secara literal sokko tojo artinya nasi ketan yang kaku dan keras. Biasanya orang tidak menyukai sokko tojo. Itulah sebabnya sokko tojo sering kali dikonotasikan sebagai kesulitan. Meski praktis tidak ada orang yang menyukai sokko tojo, namun tidak berarti bahwa sokko tojo hilang ditelan zaman. Selalu saja kita menemukan sokko tojo, bukan hanya karena kualitas berasnya tetapi karena faktor alamiah tadi. Sokko lemma sekalipun bisa menjadi sokko tojo ketika sokko-nya sudah lama. Perlu dikukus kembali untuk menjadikannya sebagai sokko lemma.

Selain itu, sokko tojo bisa diolah menjadi makanan lain. Setidaknya ada dua jenis makanan yang bisa dibuat dari sokko tojo; baje dan nasi aking. Dua makanan tersebut bisa sangat berguna di masa-masa sulit. Sebagaimana diketahui bahwa baje adalah makanan yang bisa bertahan lama. 

Untuk itu, jamak diketahui bahwa baje atau makanan tradisional Bugis yang bahan dasarnya sokko dan gula merah ini sering kali dijadikan sebagai bekal bagi para perantau sebab ketahanannya luar biasa. Baje bisa bertahan beberapa hari hingga bulan, tergantung cara mengolahnya. Begitu pula, nasi aking. Ia dijadikan sebagai makanan alternatif saat musim paceklik. Jadi sokko tojo jika diolah dengan baik bisa menjadi penyelamat di masa sulit.

Lalu, apakah sokko lemma na sokko tojo hanya sebatas urusan makanan? Tegas, jabawannya tidak. Munculnya pembicaraan sokko lemma na sokko tojo di WA Group saya yang menjadi dasar munculnya tulisan ini pun bukan karena urusan makanan. Kami membicarakan isu nasional yang dinilai penanganannya lambat serta kurang tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun