Mohon tunggu...
Muhammad Galih
Muhammad Galih Mohon Tunggu... Mahasiswa - College Student

Mengubah lamunan menjadi mimpi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "The Social Dilemma": Cara Kerja Media Sosial yang Mengerikan

23 Juli 2021   22:55 Diperbarui: 23 Juli 2021   23:36 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter @socialdilemma_

Film The Social Dilemma adalah sebuah film dokumenter yang bercerita tentang dampak media sosial bagi manusia dan membeberkan sisi gelap teknologi internet, ditenagai oleh algoritme hingga selanjutnya dihadapkan dengan sebuah ke-dilema-an.

Film ini mengulas berbagai hal mengerikan yang berpengaruh terhadap penggunaan media sosial, mulai dari pengawasan secara diam-diam terhadap aktivitas yang dilakukan saat menggunakan internet dan juga perekaman data pribadi hingga memanipulasi tampilan feed platform media sosial manusia supaya tak bisa lepas dari yang namanya media sosial. 

Film yang disutradarai oleh Jeff Orlowski ini juga memberikan tambahan akan kesadaran didalam memanfaatkan teknologi media sosial untuk menjadi pengguna yang cerdas dan bijak.

The Social Dilemma menjelaskan dampak negatif dari media sosial, diantaranya jalinan individu yang mengalami penurunan karena lebih nyaman dengan menggunakan ponselnya, pengaruh terhadap kesehatan mental, beredarnya berita atau info yang tidak valid hingga tindak kejahatan melalui media sosial.

Scene awal memperlihatkan bagaimana narasumber yang dimana mereka adalah mantan pekerja dari platform-platform media sosial, seperti google, facebook, twitter, youtube, dan instagram.

Di awal pembentukan sebuah platform, pegawai-pegawai tersebut sangat bangga karena ciptaan mereka bisa membantu kehidupan manusia seperti mencari dan mempertemukan anggota keluarga yang hilang sampai bisa menemukan donor organ manusia.

Lalu bagaimana cara kerja media sosial?

Dalam film diceritakan bahwa semua aktivitas yang kita lakukan di internet (media sosial) diawasi, direkam, dan diukur oleh sistem yang telah dirancang sedemikian rupa.

Aktivitias yang dimaksud seperti ketika pengguna media sosial sedang melihat sebuah konten, berapa lama melihatnya, konten apa yang kita sukai, komentar yang dibagikan, dan lainnya.

Selain itu, algoritma yang diceritakan dalam film juga menampilkan bahwa media sosial dapat mengukur dan mengetahui kondisi yang dirasakan oleh penggunanya. Ketika sedang sedih atau bahagia, mereka selalu tahu apa yang kita lakukan saat larut malam. 

Dengan memantau aktivitas penggunanya, media sosial dapat mengelompokkan apakah seseorang itu masuk dalam kategori aktif atau pasif dalam memanfaatkan media sosial.

Data-data itu juga digunakan untuk memprediksi konten seperti apa yang akan direkomendasikan kepada penggunanya, dengan tujuan agar manusia menghabiskan waktu lebih lama di media sosial. Maka tak heran, ketika menonton salah satu dari beberapa video yang ada di YouTube, maka video yang serupa akan direkomendasikan secara terus menerus. 

Film ini juga menghadirkan ilustrasi bagaimana media sosial bekerja untuk mempengaruhi dan mengubah sikap serta pola pikir seseorang.

Tak dapat dipungkiri, media sosial saat ini diibaratkan seperti kendaraan untuk mengoptimalkan hubungan antar manusia dan berpotensi besar untuk menimbulkan kecanduan. Lantas, mengapa media sosial menimbulkan kecanduan? 

Menurut Dr. Anna Lembke seorang direktur medis obat kecanduan asal Stanford University School of Medicine mengatakan bahwa media sosial adalah narkoba, kita memiliki perintah biologis dasar untuk terhubung dengan orang lain.

Hal itu secara langsung akan memengaruhi pelepasan hormon dopamin dalam "jalur kenikmatan". 

Apa dampak media sosial dalam kehidupan manusia?

Jika kita lihat lagi kebelakang, sebenarnya banyak sekali dampak media sosial bagi kehidupan manusia. Seperti misalnya komunikasi yang semakin mudah dan efisien, mudahnya mengakses segala infromasi dan berita, berkenalan dengan orang baru, serta menjaga hubungan baik dengan orang yang sudah lama kita kenal.

Beberapa dampak tersebut merupakan bentuk media sosial yang telah membantu kita untuk tetap eksis dalam kehidupan dunia nyata maupun dunia maya. Namun, dibalik itu semua, media sosial menyimpan ancaman yang tidak bisa dianggap remeh.

Dibalik kemudahan dan kebebasan dalam menggunakan media sosial, terdapat konsekuensi yang terjadi dan tanpa sadar mempengaruhi siklus hidup kita. 

Dampak media sosial pada kesehatan mental

Secara biologis manusia memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi, namun sosialisasi yang berlebihan akan berdampak pada kecanduan. Inilah yang menjadi persoalan dalam berinteraksi lewat media sosial. Interaksi berupa pemberian emoticon jempol, hati, dan ekspresi lainnya dianggap sebagai tolak ukur popularitas. 

Anak-anak remaja yang emosinya masih labil sangat rentan terhadap kecanduan media sosial. Salah satu scene yang ada di film The Social Media menampilkan adegan dimana seorang gadis remaja yang kecanduan media sosial dan tidak bisa lepas dengan gadget, bahkan saat makan malam bersama keluarganya.

Adegan lain juga menunjukkan unggahan foto milik gadis tersebut dikomentari negatif oleh orang lain, dan saat itu juga langsung membuatnya insecure. 

Permasalahan ini berdampak pada kesehatan mental seorang anak yang akhirnya jadi lebih rentan cemas dan mudah depresi. Aturan dan pengawasan dalam menggunakan media sosial dari orang tua sangat dibutuhkan untuk menghindari risiko tersebut. 

Sumber: google images
Sumber: google images

Manusia sebagai boneka voodoo bagi media sosial

Film ini dari awal sudah menampilkan dampak-dampak negatif bagi pengguna media sosial, bagaimana sebenarnya secara mendasar ada yang keliru dengan cara kerja media sosial. Bahwa, teknologi yang bekerja dalam media sosial sama sekali berbeda dengan teknologi yang sebelumnya manusia gunakan. Teknologi sebelumnya hanya menunggu kita memakainya, contoh sepeda, dia tidak bergerak sampai kita memakainya. Media sosial menuntut kita untuk terus menggunakannya. Ini sama sekali revolusi teknologi yang berbeda. 

Film ini secara umum bercerita tentang bagaimana teknologi media sosial yang sudah ditemukan dan kita kontrol dengan perlahan berubah menjadi sesuatu yang mengontrol kita. Jadi, seperti apa sebenarnya media sosial mengubah kehidupan manusia modern dan membawa bahaya yang luar biasa pada spesies manusia? Dibawah ini ada beberapa permasalahan yang diceritakan dalam Film The Social Dilemma: 

1. Kasus facebook di Myanmar

Masih ingatkah bagaimana pengusiran etnis muslim Rohingnya di Myanmar yang mengerikan itu?. Terjadi pembunuhan dan pemerkosaan secara massal, serta perampasan seluruh tempat tinggal yang mengakibatkan terusirnya sekitar 700 ribu umat muslim Rohingnya, ternyata tidak bisa dilepaskan dengan bagaimana informasi berkembang dan dikelola di negara itu. 

Dalam film dokumenter The Social Dilemma, diceritakan bagaimana penduduk Myanmar sangat dekat dengan platform media sosial Facebook sampai Facebook menjadi suatu kebenaran yang datang dari internet. Setiap orang yang membeli ponsel, penjualnya akan langsung memasangkan aplikasi Facebook didalam ponsel tersebut. Sehingga, aplikasi media sosial yang pertama kali mereka gunakan adalah Facebook. 

Hal itu lalu dimanfaatkan oleh pemerintahan junta militer Myanmar untuk melakukan narasi-narasi propaganda. Militer dan pelaku kejahatan lainnya memanipulasi opini publik terhadap umat muslim Rohingnya sampai facebook kewalahan mengatasi maraknya berita tidak valid dan ujaran kebencian di Myanmar. 

2. Jika kamu tidak membayar, kamu adalah produknya

Tidak dapat dipungkiri, media sosial sudah memberikan banyak kemudahan dan keuntungan untuk kita saat ini. Salah satunya adalah bisa membuat kita terhubung dengan saudara, teman, atau sahabat yang berada jauh dari tempat kita seolah-olah menjadi sangat dekat dengan kita. Bahkan kita juga bisa berkenalan dan bertemu orang baru di internet. 

Tapi di sisi lain, media sosial juga turut berkontribusi dalam kasus pencurian data, informasi tidak valid, berita palsu, kecanduan teknologi, dan juga polarisasi ditengah masyarakat. Sebagian besar manusia mungkin berpikir bahwa media sosial hanyalah sebuah mesin untuk melepas penat dan sebagai jurang kebahagiaan. Tapi tanpa kita sadari, perusahaan dan platform-platform tersebut sedang berlomba-lomba untuk menarik perhatian pengguna. Mereka bersaing supaya manusia bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar sembari menggunakan platform mereka. 

Banyak layanan di internet yang seolah gratis, namun sebenarnya tidak. Semua itu dibayar oleh jasa iklan. Untuk apa jasa iklan membayar layanan tersebut? Supaya iklan mereka bisa ditampilkan di media sosial kita melalui layanan tersebut. Mudahnya seperti ini, perusahaan teknologi dalam hal media sosial menjual perhatian penggunanya kepada pengiklan. Jadi perhatian kita adalah produk yang dijual kepada pengiklan. Mereka hanya ingin kita melihat lebih banyak iklan supaya mereka lebih banyak lagi mendapatkan uang. 

3.  Algoritma dalam media sosial 

Semua kegiatan yang kita lakukan di dunia maya akan diawasi, direkam, dan diukur. Setiap tindakan yang kita lakukan direkam dan dipantau secara diam-diam. Misalkan konten yang kita lihat dan berapa lama kita melihatnya, konten apa yang kita sukai, dan lainnya. Dari semua itu, perusahaan dan platform-platform akan mengetahui kapan kita sedang senang dan kapan kita sedang sedih. Mereka tahu apa yang kita lakukan setiap hari dari pagi sampai larut malam, mereka tahu semuanya. 

Di balik layar yang setiap hari kita gulir, mereka memiliki semacam boneka voodoo yang menyerupai diri kita. Semua hal yang pernah kita lakukan, semua foto yang kita lihat, semua video yang kita tonton, semua situs yang kita buka, semuanya akan diolah menjadi boneka voodoo yang terus berkembang dan terus mendekati kita. 

Mereka akan merekomendasikan hal-hal menarik sesuai dengan model diri kita yang mereka punya. Aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh orang yang kita suka, atau jenis video-video yang sering kita tonton. Ponsel kita akan bergetar dan layar akan menyala menampilkan notifikasi yang mereka rekomendasikan. Dan secara refleks, jari kita akan menekan notifikasi tersebut. Kita akan kembali membuka aplikasi mereka, dan orang-orang dibalik layar itu akan senang karena usaha mereka dalam membuat kita aktif kembali menggunakan layanan mereka berhasil. 

Mereka selalu berusaha untuk membuat kita merasa gelisah, kesepian, takut, ketika kita tidak memegang ponsel. Sehingga ketika mereka tahu umpan yang mereka berikan berhasil menarik perhatian kita, mereka akan terus memberikan umpan-umpan berikutnya sampai kita tidak sadar, hanya jari kita yang terus bergerak menggulir beranda media sosial kita. 

4. Hilangnya kendali manusia 

Algoritma yang dibuat oleh perusahaan teknologi tidak pernah gagal. Algoritma dioptimalkan ke sebuah definisi kesuksesan. Jadi, bisa dibayangkan perusahaan membuat algoritma bertujuan untuk kepentingan komersial. Sangat sedikit pengguna internet yang memahami bagaimana algoritma ini bekerja. Hingga nyaris kehilangan kendali atas sistem yang ada ini. 

Internet akan terus mempelajari apa yang kita cari, sehingga mereka akan semakin baik dalam merekomendasikan apa yang kita sukai. Internet akan memberikan yang kita mau, bukan yang kita butuhkan. Kita hanya akan menerima informasi-informasi yang kita sukai dan kita mau saja, begitu juga dengan orang lain. 

Kesimpulan

Kesimpulan dari penulis, menggunakan media sosial tentu boleh dan sah-sah saja. Asalkan, menggunakannya tidak berlebihan dan masih dalam batas wajar. Kita harus bisa mengendalikan mereka, jangan sampai mereka yang mengendalikan kita. Jadilah pengguna yang cerdas dan bijak. 

Penutup

Sekian dari artikel yang saya tulis, mohon maaf bila ada salah-salah kata dan penyampaian yang kurang berkenan. Semoga topik ini bermanfaat untuk kalian dan semoga Indonesia semakin baik dalam hal teknologi informasi dan komunikasi. Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun