Langkat, 22 Agustus 2025 --- Suasana Kantor Kepala Desa Namuukur Utara, Kecamatan Sei Bingai, pagi itu terasa berbeda. Puluhan warga---mulai dari ibu hamil, orang tua balita, hingga perangkat desa---berkumpul dengan antusias. Mereka datang bukan untuk urusan administrasi, melainkan untuk belajar satu hal penting: cara mencegah stunting agar anak-anak mereka tumbuh sehat dan cerdas.
Kegiatan bertajuk "Seminar Edukasi Pencegahan Stunting" ini digelar oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berkolaborasi dengan Puskesmas Sei Bingai dan Pemerintah Desa Namuukur Utara. Di tengah tantangan masih tingginya kasus stunting di Indonesia---yakni mencapai 24,4% menurut data SSGI 2021---semangat warga desa ini menjadi secercah harapan.
Pengetahuan Bertambah, Kesadaran Meningkat
Sebelum seminar dimulai, sebagian besar peserta masih menganggap stunting hanya masalah "anak pendek." Namun, setelah tiga jam mengikuti pemaparan interaktif dari tenaga kesehatan, pandangan mereka berubah total.
"Sekarang saya tahu kalau stunting bisa memengaruhi kecerdasan anak. Saya jadi lebih semangat memperhatikan gizi dan rajin periksa ke Puskesmas," ujar Siti Aminah, salah satu ibu peserta seminar.
Data evaluasi menunjukkan hasil yang menggembirakan: pemahaman peserta tentang stunting meningkat dari 40% menjadi 87%. Bahkan, beberapa ibu langsung merencanakan untuk membuat jadwal makan bergizi bersama kader posyandu.
Antusiasme dan Dukungan Penuh
Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Banyak peserta penasaran tentang perbedaan antara stunting dan faktor keturunan, hingga bagaimana menyiasati menu sehat dengan bahan sederhana yang mudah ditemukan di desa.
Kepala Desa Namuukur Utara pun memberikan apresiasi tinggi.
"Kami berkomitmen menjadikan edukasi gizi sebagai agenda rutin desa. Ini langkah kecil, tapi dampaknya besar untuk generasi masa depan," tegasnya.
Tantangan Tak Menyurutkan Langkah
Meski kegiatan sempat terkendala fasilitas audiovisual yang terbatas, para mahasiswa KKN tak kehabisan akal. Mereka membagikan leaflet berisi materi ringkas dan membuat poster berbahasa lokal agar mudah dipahami warga. Cara sederhana, namun efektif.
Menuju Desa Bebas Stunting
Seminar ini bukan sekadar kegiatan formalitas, melainkan awal dari perubahan nyata. Setelah kegiatan, semakin banyak ibu hamil dan orang tua balita yang rutin memeriksakan diri ke Puskesmas dan memantau tumbuh kembang anaknya.
"Kami ingin Desa Namuukur Utara dikenal sebagai desa yang peduli gizi, tempat anak-anak tumbuh kuat dan cerdas," ujar Ketua Kelompok KKN penuh semangat.
Dengan kolaborasi mahasiswa, tenaga kesehatan, dan pemerintah desa, Namuukur Utara kini menapaki jalan baru: dari belajar tentang stunting, menjadi pelopor pencegahannya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI