Mohon tunggu...
Muh. Fatih Ahsan Maulana
Muh. Fatih Ahsan Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Muh. Fatih Ahsan Maulana. Seorang mahasiswa aktif semester 6 di Universitas Negeri Islam Syekh Wasil. Memiliki hobi membaca dan sering aktif menulis esai serta Karya tulis ilmiah. Dalam menulisnya sering mengangkat mengenai isu sosial, isu politik, isu kesehatan mental, dan isu ekonomi. Dibuktikan dengan mengikuti banyak sekali perlombaan di bidang esai, artikel ilmiah dan KTI dengan pencapaian 15+ juara selama periode tahun 2024-2025.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ekonomi RI "Ngadat"? Ini Fakta Deflasi, PHK dan Lemahnya Daya Beli

19 Juni 2025   09:06 Diperbarui: 19 Juni 2025   09:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FoFoto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Jakarta, 19 Juni 2025 --- Ekonomi Indonesia kembali diuji. Meski pemerintah dan Bank Indonesia berupaya keras menjaga momentum pertumbuhan, sejumlah indikator terkini justru menunjukkan perlambatan. Mulai dari gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), deflasi yang tak biasa, hingga merosotnya daya beli masyarakat.

Apakah mesin ekonomi RI benar-benar mulai "ngadat"? Berikut fakta-fakta terbaru yang mencuat hari ini.

1. Deflasi Tak Lazim di Bulan Mei

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025 (month-to-month). Ini cukup mengejutkan, mengingat Mei biasanya mencatatkan inflasi pasca-Lebaran akibat peningkatan konsumsi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan barang dan jasa belum pulih sepenuhnya, bahkan setelah periode Ramadan dan Idulfitri. Deflasi ini sekaligus menandakan tekanan terhadap daya beli masyarakat yang semakin nyata.

2. PHK Masif, Konsumsi Melemah

Salah satu penyebab utama lemahnya konsumsi adalah gelombang PHK yang masih berlanjut di beberapa sektor, terutama industri manufaktur dan ritel. Akibatnya, banyak rumah tangga menahan belanja dan mengalihkan pengeluaran ke kebutuhan pokok saja.

Padahal, konsumsi domestik berkontribusi lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jika daya beli terus tertekan, pertumbuhan ekonomi nasional jelas berada dalam risiko.

3. Sinyal "Ngadat" dari Sektor Manufaktur

Sektor manufaktur juga belum menunjukkan tanda-tanda pulih. Indeks PMI manufaktur kembali kontraksi pada Mei 2025, memperpanjang tren negatif dua bulan terakhir. Ini artinya, industri pengolahan mengalami penurunan aktivitas dan kepercayaan bisnis masih rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun