Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK Kab. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Film

Review La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka... Hai Istri, Waspada Pelakor di Depan Mata!

15 Agustus 2025   11:42 Diperbarui: 18 Agustus 2025   18:30 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka... (Sumber: Dokpri)

La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka... dibalut indah dalam tampilan film layar lebar, tayang perdana 14 Agustus 2025. Durasi 135 menit itu mampu hadirkan pengalaman biduk rumah tangga Marshanda yang memerankan Alina. Seorang ibu miliki dua anak, Rere dan Malik. Suaminya Deva Mahenra (Reza) sangat menyayangi keluarga, penyabar, dan  sosok muslim taat beribadah. Harmonis, begitulah satu kata patut dilebelkan pada keluarga kecil mereka. 

Kesibukan Alina yang sering bolak-balik ke luar negeri sebab tuntutan costumer, memutuskan untuk mengambil pengasuh anak-anaknya, terutama Malik yang masih balita. Asri Welas (Mbak Kar) dan Benidictus Siregar (Kang Karyo) dua asisten rumah tangga membawa nuansa humor pada film ini. Dialeg khas Jawa Mbak Kar menjadi ciri tersendiri saat adu percakapan ala guyonan bersama Kang Karyo.

Tibalah pesona Ariel Tatum dengan hijab menutup kepalanya, sejenak mengalihkan asumsi para penonton jika dia begitu religius. Tapi, di lain sisi sebagian besar kontroversi penikmat layar lebar tidak kuasa memandang sosok sang aktor memerankan Asih. Bahkan penonton sepakat jika Ariel Tatum sengaja dilibatkan dalam penggarapan film ini sebagai pemantik kegaduhan rumah tangga Alinda. Siapa tak kesemsem jika Asih dengan kemolekan tubuhnya mampu berhasil menyandang baby sister? Toh semua orang hampir sepakat berkata "Siapa yang mampu nolak Asih?" 

Asih, pengasuh Malik itu seolah menggantikan keberadaan Alina di rumah. Bahkan Rere juga begitu bahagia dengan kehadiran Asih. Berbeda dengan Mbak Kar, sebagai asisten senior, dia merasa dinomorduakan. Bahkan curiga tanpa alasan kepada Asih sejak pertama kali berjumpa. Gerak-gerik Asih tak biasa, menurut Mbak Kar. 

Lantas seperti apakah sepak terjang dan strategi modus Asih 'mengelabuhi' kenyamanan pernikahan Alina? Apakah relevan dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat? Mengingat film ini berlandaskan kisah nyata. 

Review Film

1. Asih: berawal dari baby sister berlanjut menjadi pelakor

Jika ditelisik pada riil kehidupan saat ini, pelakor semakin berani dan tak tahu diri. Bahkan terang-terangan berbuat semaunya demi kepentingan pribadi. Godaan Asih mulai dari menyiapkan makanan dan minuman, sengaja membuka kancing baju dan pertontonkan bagian dadanya seolah bentuk penawaran kepada Reza, menyelamatkan Malik karena tersedak kancing baju, dan pura-pura pingsan supaya diperhatikan Reza. Merupakan trik pemula bagi Asih untuk 'menangkap' Reza.

Hal-hal semacam itu lazim dilakukan oleh seorang pelakor, awalnya mencoba menarik lawan jenis (target) dengan gaya kepolosannya. Suara lembut, patuh perintah majikan, dan masih istiqomah memakai jilbab.  Asih semakin dipercaya Alina mengurus rumah, sedangkan dia disibukkan dengan mobilitas pekerjaan. Situasi demikian semakin membuat Reza penasaran dan lebih dekat dengan Asih. Saling menggoda dan memikat satu sama lainnya, lakukan perbuatan tak senonoh jika ada kesempatan, bahkan ketagihan membuat kesempatan itu terkabul. 

Semakin hari Reza semakin 'gila' terhadap Asih. Hingga suatu saat Kang Karyo memergoki mereka. Bukti video kebersamaan Reza dan Asih sudah dikantongi Kang Karyo, namun tangan lincah Asih menghapusnya. Kejadian menghilangkan alat bukti nyaris terjadi di kehidupan kita. Bahkan tak sedikit rela rogoh cuan supaya kasus ditutup. Ranah hukum di masyarakat baik perkara pidana maupun perdata, tak akan jauh dari kata suap, hancurkan saksi maupun bukti-bukti. Benar saja, Asih geregetan dengan Mbak Kar yang terus memojokkan dirinya dan mengancam menguak hubungan terlarang Asih dan Reza. Tak berselang lama, Mbak Kar jatuh dari tangga, akibat ulah Asih. Anak tangga dilumuri sampo, hingga Mbak Kar terpeleset jatuh dan patah tulang.  Lalu bagaimana dengan Kang Karyo? Hal yang sama terjadi padanya. Asih memfitnah Kang Karyo mencuri pakaian dalam Asih dan Alina sebagai koleksi di lemari bajunya. Semua perbuatan Asih menyingkirkan dua asisten rumah tangga agar tidak menghalangi dirinya menjadi nyonya rumah. Mbak Kar dirumahkan sementara Kang karyo diusir tanpa hormat.

Pelakor tak berhenti pada aksi pemberantasan asisten. Dua anak Alina diguna-guna dengan jimat menggantung pada lemari baju mereka. Jimat itulah yang bisa merekatkan Asih bersama anak-anak. Secara tidak langsung Rere dan Malik begitu nyaman dekat dengan Asih. Menurutnya, anak-anak bisa dikendalikan secara sihir skala ringan. Tugas utamanya yakni membuat Reza lupakan istrinya, dukun berikan jimat paling tangguh, terdapat rajah tulisan aksara Jawa dan beberapa benda keramat dimasukkan dalam peti. Asih juga menambahkan cairan suci dilarutkan pada makanan atau minuman disajikan untuk Reza dan Alina.

Hal-hal mistik inilah media Asih dalam menggapai tujuannya, yakni pelakor. Mulai berpura-pura kenakan hijab, berakhlak dan bertutur kata islami, cara berpakaian sederhana, tunjukkan kasih sayang kepada semua anggota keluarga, mengambil kesempatan 'indah' untuk menggoda Reza, dan pintar menutup kebohongan. Tahapan strategi pelakor akan terus dilakukan jika cara pertama belum berhasil, maka pelakor senantiasa rajin mengunjungi dukun. Selain bantuan dukun, pelakor tidak tanggung-tanggung layangkan aksinya guna menghabisi musuh. Ibarat kata seorang pelakor tidak punya hati nurani dan bermuka dua. Manis di depan istri sah tapi 'melayani' suami orang tanpa keraguan. 

Di tengah dunia yang semakin lincah teknologi, tak jarang sebagian orang masih percaya pada dukun atau paranormal. Mengunjungi dukun pun bisa dilakukan secara virtual. Tinggal metode dan bentuk mahar sudah disepakati antara dukun dan pasiennya, maka jadilah akad tersebut. Dukun punyai cara mengelabuhi musuhnya sesuai kesepakatan, biasanya yang terjadi semakin mahal mahar semakin jitu kualitas kerjanya. Bahkan jika trik satu belum terselesaikan, maka sedia mahar lagi untuk trik kedua dan seterusnya. Kira-kira begitulah prosedur perdukunan di masyarakat kita. Miris! Meskipun banyak yang berhasil dan gagal.

2. Alina: perempuan gila kerja 

Alinda dikhianati suami dan pengasuh anaknya. Antara cinta, dosa, dan luka. Sebagai seorang istri meskipun mendapat izin suaminya perihal mencari nafkah, alangkah baiknya jika susun jadwal tuk luangkan waktu hangout bersama keluarga. Ya, minimal satu minggu sekali. Kenapa demikian? Karena risiko memasukkan baby sister atau asisten rumah tangga perlu pertimbangan secara matang. Kemungkinan terburuk seandainya terjadi dapat diminimalisir. Contohnya, istri membuat kesepakatan dengan seluruh anggota keluarga utamanya saat dia tidak berada di rumah. 

Cintanya kepada anggota keluarga perlu terapkan sikap waspada. Jangan mudah percaya sepenuhnya kepada suami. Saat suami lengah dan tak berdaya karena pesona Asih, maka secara tidak langsung perbuatan suami menjadi bumerang istri. Dosa besar yang dilakukan suami karena memilih pelakor bisa saja dibenarkan dengan alasan istri selalu sibuk bekerja. Pendapat demikian, sah-sah saja di kalangan masyarakat. Banyak yang berpikiran, kalau istri sibuk kerja maka berhati-hatilah adanya perubahan pada suami. Kecurigaan ini sempat dirasakan tetangga Alina, sepasang suami istri yang diperankan Patricia Gouw (Eva) dan Reza Nangin (Rico). Bahkan tetangga miliki peran penting saat lakoni biduk rumah tangga. Bisa support hal positif atau malah sebaliknya menjadi benalu. Untungnya Eva dan Rico sangat pro membantu Alina selesaikan konflik rumah tangganya hingga akhir film.

Jika cinta, dan dosa sudah mengalun, maka hati siapa tak terluka?  Hati istrilah melihat Asih dan Reza secara daring lewat video kiriman Kang Karyo dan saksikan luring langsung di kamar pribadinya. Pelakor dan suaminya asyik bermesraan. Kaget campur tak percaya, Alina melihat jelas adegan perselingkuhan suaminya. Alih-alih minta maaf, Reza malah mengusir Alina cukup kasar. Terjadi kekerasaan dalam rumah tangga, digambarkan secara gamblang pada adegan Alina diseret Reza dan dipaksa keluar rumah.

Menyikapi makna judul film yang terdiri dari tiga kata. Cinta, begitu indahnya cinta Alina dan Reza bersama kedua anaknya hidup rukun dan tenteram. Banyak kawan, karyawan, tetangga, jamaah kajian, hingga costumer menyayanginya, tak lain dan tak bukan cinta mereka untuk Alina. 

Dosa, dosa suami ditanggung Alina dan juga anak-anaknya. Dosa besar perselingkuhan dengan pelakor membuat Alina sempat tidak percaya pada Tuhan dengan berbagai cobaan yang dia lewati. Dia yakin bahwa Allah tak henti-hentinya memberikan cobaan. Tumpahan suudzon  kepada Sang Kholik tersampaikan nyaring saat di pangkuan ibunya (Ayu Dyah Pasha). Sosok Ibu Dina seolah terlupakan pada gambaran film ini. Sudah menjadi kuasa Allah, bahwa doa ibu tembus langit artinya semua doa ibu untuk anaknya pasti dikabulkan. Hanya saja Alina tetap berusaha sendiri guna pulihkan retakan rumah tangga.

Luka diilustrasikan bahwa Alina potret ibu rumah tangga secara umum di kehidupan nyata. Setelah merasa berdosa jauh dari Allah dan ibunya, dia kembali ikhtiar mendekatkan diri pada kajian agama. Rukman Rosadi sebagai Ustaz Ridho berikan bimbingan spiritual dan berhasil menyibak ilmu sihir yang merasuki Reza. Tahap ini, Alina terluka batin serta lahir. Jauh dari anak-anak dan suaminya. Kekuatan kebersamaan antara tetangga, ibu, teman, dan jamaah kajian, maka dilakukanlah ruqyah untuk Reza. Ritual sudah berjalan 75 persen, namun Reza masih saja mencari Asih. Tinggal 25 persen ruqyah selesai, jimat tertinggi berhasil dibakar Alina. Nasib Asih tak tertolong, dia jatuh dari lantai dua. Luka semakin membara saat Alina ragu ketulusan suaminya, dia membutuhkan kesembuhan waktu atas luka hati perbuatan suaminya.

La tahzan diartikan jangan bersedih, memicu Ustad Ridho berikan terapi batin kepada Alinda. Dia diingatkan salat berjamaah dan kembali kepada Allah memanfaatkan ayat-ayat suci Al Quran sebagai upaya pemulihan jiwa Reza. Pesannya kepada Alina, Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan manusia itu sendiri, maka janganlah bersedih. 

Renungan kalimat la tahzan menjadi pengingat bagi masyarakat umum, film ini menggambarkan bahwa Alina mengalami terpaan badai rumah tangganya, tapi pasti Allah sudah menyiapkan solusi terbaik. Jangan terlalu bersedih saat Allah menguji kita, bersabarlah dan bertawakal kepadaNya. Jangan sesekali mengumpat Tuhan, karena Dia segera kirimkan orang-orang disekitarmu guna uraikan segala masalahmu di dunia ini. yakinlah, Allah Maha Baik.

3. Reza: sebagai imam keluarga miliki pondasi lemah

Reza bisa dikatakan tidak bersalah atas perselingkuhannya dengan Asih. Sebab, dilakukan secara tidak sadar. Akibat dari jampi, mantra, jimat, dan pertahanan dukun Asihlah, Reza lupa akan istri dan anak-anaknya. Riil kehidupan masyarakat banyak kejadian serupa, kelihatannya alim, tapi kok selingkuh juga! Rajin beribadah namun kesamber tenun dan ibadahnya hancur. Semakin menjauhkan dari Tuhan. Pondasi seorang imam alangkah baiknya sudah tertata sejak kecil. Tak jarang parenting bagi anak laki-laki cenderung lebih banyak melibatkan psikologis. Hal ini dikarenakan anak laki-laki kelak akan menjadi pemimpin keluarga. Selain tugas utamanya pencari nafkah. Pondasi lemah bagi seorang lelaki seperti Reza tidak untuk ditiru. 

Adegan Reza yang begitu menyentuh pada akhir film, yakni ruqyah. Dikenal dalam ajaran Islam bahwa ruqyah merupakan usaha diiringi doa-doa untuk penyembuhan orang sakit karena sihir. Adapun ruqyah menjadi salah satu pilihan masyarakat saat terkena sihir bahkan gejala kejiwaan. Cenderung simple dibandingkan pengobatan lainya. Adapun batasan ruqyah tidak diperbolehkan menggunakan bacaan selain dari ayat suci Al Quran. Menandakan bahwa Allah nyata melalui firman-firmanNya.

4. Alur seolah dipaksakan

Sebetulnya kisah atau cerita di film ini hampir sama dengan film-film sebelumnya, meskipun 'bumbu' sedikit berbeda. Dikatakan memaksakan alur sebab terjadi beberapa adegan yang perlu mendapatkan perhatian lebih detail. 

a. Saat Asih dipukul bagian kepalanya oleh Alinda, dia bisa bangun, pecahnya jendela kaca dan berjalan dengan kaki telanjang penuh darah. Bahkan bisa menaiki tangga hingga mendobrak pintu terkunci. Luka yang dirasakan kurang dramatis. 

b. Inti cerita terkait perselingkuhan dengan orang terdekat dan hampir setiap saat di depan mata. Sejenis dengan film Ipar adalah Maut dan secara kebetulan aktor lelakinya juga sama yakni Deva Mahenra. Satu hal yang sama persis yakni pengakuan pelakor sama-sama merasa diasingkan oleh orang lain, perlu adanya perhatian untuk dirinya. Nuansa Islami juga menjadi latar belakang kedua film tersebut. Sedikit perbedaan terletak pada piranti yang dimainkan pelakor. La tahzan: Cinta, Dosa, dan Luka  mengaitkan dukun, sihir, dan mistik. Sedangkan Ipar adalah Maut tidak melibatkan, murni kepenuhan nafsu. 

c. Mbak Kar dan Kang karyo kurang greget dalam menyibak kejahatan Asih. Mereka adalah korban, tapi saat diusir atau dirumahkan hanya menerima secara pasrah. Detail penolakannya kurang berbobot. Padahal mereka inilah kunci saksi mata perselingkuhan Asih dan Reza.

d. Saking sibuknya istri hingga tidak 'menoleh' sedikitpun segala tingkah suami. Bahkan Alina tidak menaruh curiga saat Rere bercerita bahwa Reza keluar dari kamar Asih. Meskipun sudah dikonfirmasi kepada Asih dan jawabannya pasti tidak mengiyakan. Bahkan Alina pun sangatlah percaya pada penjelasan Asih. 

f. Supaya alur menjadi seru, harusnya tahapan kecurigaan Alinda semakin memanas. Seolah tiba-tiba dari hasil kiriman video kang Karyo tanpa mengetahui lebih lanjut, Alina memutuskan kembali ke rumah dan kaget melihat adegan mesra Reza dan Asih. Geregetnya kurang!

Kiranya empat review film La tahzan: Cinta, Dosa, dan Luka... ini merupakan refleksi saya pribadi. Saya yakin masih banyak penonton dengan segala penilaian baik keunggulan maupun kelemahan dalam karya Hanung Bramantyo ini. Jadilah penikmat bioskop yang bijak dalam mengomentari film. Gunakan kalimat sopan sebagai bentuk kritik membangun.

Berhati-hatilah dengan kehadiran orang baru, baik di lingkungan keluarga, pekerjaan,  maupun masyarakat. Orang baru perlu diwaspadai, tapi ingat, orang lama yang telah kita kenal pun tak luput dari kesigapan kita untuk terus menaruh pikiran positif, jika ada kejadian janggal atau tidak seperti biasanya, maka perlu penyelidikan lebih lanjut. Hai istri, waspada pelakor di depan mata!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun