Libur panjang akhir bulan Mei 2025, torehkan cerita peninggalan sejarah di kota santri, Gresik. Masih di daerah Gresik kota, tepatnya Kecamatan Kebomas, Desa Klangonan. Kurang lebih 400 meter dari parkir barat area Wisata Religi Sunan Giri Gresik, terhampar luas parkir kendaraan menuju makam Sunan Prapen. Jika Anda memasuki gapura Desa Klangonan, teruslah berkendara hingga temukan perempatan Jalan Sunan Prapen. Belok kanan, gas motor atau mobil dengan seksama, jalan naik nan tajam. Sampai di pertigaan, ambil arah ke kiri. Ke kanan akan menuju ke Makam Sunan Giri.Â
Saya diarahkan parkir motor tepat di dekat tulisan "Makam Sunan Prapen", jukir datangi saya sambil ramah menyapa, "Dugi pundi?" (darimana?). Singkat saya menjawab, "Gresik mawon, Pak"Â (dari Gresik saja, Pak). Karcis warna kuning disedorkan. Rupanya jukir menunggu pembayaran, tertera di karcis Rp3.000. Lunas, saya langsung beranjak naiki anak tangga. Namun, sebelumnya saya izin kepada bapak juru parkir untuk pengambilan foto dia kompleks makam. Beliau menganggukkan kepala, tanda setuju. Area parkir ini hanya bisa menampung mobil pribadi, elf, dan sepeda motor. Kenapa bus dan dokar tidak termasuk didalamnya, sebab jalanan yang curam dan tidak terlalu lebar membuat bus susah naik ke area makam, begitu juga dengan dokar. Lantas keberadaan bus saat menurunkan penumpang di terminal Sunan Giri.Â
Baru saja naiki satu anak tangga, saya menoleh ke tangan bapak juru parkir tadi, tergugah hati bertanya mengapa ada tiga warna karcis? Ternyata untuk membedakan jenis kendaraan serta besaran ongkos parkir. Merah untuk elf, besaran harga parkir Rp15.000. Sedangkan Rp8.000 karcis biru bagi pengendara mobil. Jika pakai jasa ojek dari terminal bus Sunan Giri, Anda dikenai ongkos sekitar Rp5.000. Perlu diingat, hanya ojek pakai rompi coklat yang bisa menempuh jalan Sunan Prapen. Biasanya peziarah ke Sunan Giri terlebih dahulu, kemudian baru ke Sunan Prapen. Kata orang Jawa, sowan sing tuwo ndisik (Kunjungi yang lebih tua terlebih dulu). Nama asli Sunan Prapen adalah Syekh Maulana Fatikhal. Mengingat Sunan Prapen adalah cucu dari salah satu wali songo yakni Sunan Giri. Keduanya merupakan penguasa Gresik di Giri Kedaton. Sunan Prapen putra dari Sunan Dalem. Beliau seorang multitalenta. Konon diceritakan bahwa Sunan Prapen adalah empu pembuat keris, raja ke-4 Kesultanan Giri, pendakwah, pelantik raja-raja Jawa hingga sering dijuluki Paus Jawa, dan  seorang pujangga. Menurut juru kunci makam, metode Sunan Prapen dalam berdakwah tidak memaksa masyarakat memeluk Islam. Sebagai raja di masa keemasan Gresik, Sunan Prapen memilih metode sharing kepada semua orang dalam mengembangkan dakwahnya. Sehingga lawan bicara tidak mudah tersinggung, baik dari berbagai lapisan ekonomi, sosial, dan budaya yang beragam. Hasilnya nyata, masyarakat Gresik maupun luar Gresik pun semakin bertambah mempelajari agama Islam.
Mendung siang tak surutkan niat saya terus kawal kaki melaju. Berhenti sejenak guna kula nuwun pada pengurus Yayasan Sunan Prapen. Saya ingat kata teman, jika ke makam Sunan Prapen jangan sesekali berisik, jaga lisan dan adab. Mitos yang beredar bagi peziarah yang beruntung akan temui sosok kera putih. Disinyalir perwujudan Sunan Prapen. Dikarenakan area makam dikelilingi pohon-pohon lebat dan tua serta berada di puncak bukit, daerah ini cenderung lebih singup dibandingkan makam Sunan Giri, dulu sering dijumpai kera berkeliaran.Â
Terdapat tiga bangunan di area puncak makam. Bangunan utama terletak di sisi kanan yakni kuncup makam Sunan Prapen. Memasuki pelataran, lepas alas kaki, ambil buku yasin dan tahlil, mengaji sejenak. Selesai yasin, saya perhatikan ukiran gebyok kelilingi kuncup. Detail bunga, gajah, harimau, bahkan sepertinya ada ukiran raksasa. Warna hijau, oranye, merah mendominasi. Gebyok khas Jawa ini hanya mencakup bagian depan, tiga sisi lainnya tidak terpasang gebyok. Usia gebyok ribuan tahun silam itu masih kokoh berdiri. Diceritakan pula bahwa gebyok tersebut awalnya berada di makan Sunan Giri, lalu bergeser dipasang ke makam Sunan Prapen. Pintu masuk makampun diapit dua naga. Di tengah bawah ukiran sayap garuda. Pada bangunan utama ini terdapat tiga makam, Sunan Prapen beserta dua istrinya.Â