Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pilih Jalan Besar atau Buat Jalan Sendiri?

13 Oktober 2025   16:19 Diperbarui: 13 Oktober 2025   16:19 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang berjalan di jalan besar tanpa tahu alasan di balik tujuannya. Langkah diambil karena orang lain juga melangkah ke sana. Arah diikuti karena banyak yang mengatakan itu benar. Padahal tanpa kesadaran, bahkan jalan terbesar pun bisa membawa jauh dari diri sendiri. Di sisi lain, ada yang terlalu keras kepala menempuh jalan kecil hingga benar-benar kehilangan arah. Keberanian tanpa arah sama sia-sianya dengan mengikuti tanpa makna.

Yang paling bijak adalah menjadi pejalan yang sadar. Sadar kapan harus berhenti, sadar kapan harus berbelok, dan sadar kapan harus kembali. Setiap jalan, besar atau kecil, memiliki pelajaran tersendiri. Jalan besar mengajarkan kebersamaan, jalan kecil mengajarkan keberanian. Jalan besar menuntun untuk disiplin, jalan kecil mengajarkan untuk peka. Keduanya bukan lawan, melainkan dua sisi dari perjalanan yang sama.

Tersesat bukanlah kegagalan, melainkan bagian dari proses untuk mengenal diri. Kadang diperlukan kesunyian untuk memahami arti kebersamaan. Kadang dibutuhkan kesalahan untuk belajar arah yang benar. Setelah kembali, langkah terasa lebih mantap. Mata melihat lebih jernih. Hati berjalan dengan tenang. Jalan besar pun terasa lebih bermakna setelah mengenal kerasnya jalan kecil.

Setiap orang menempuh jalannya masing-masing. Ada yang berjalan cepat di jalan ramai, ada yang pelan di jalan sepi. Ada yang menikmati hiruk-pikuk kota, ada yang memilih sunyi di pinggiran. Tak perlu membandingkan, karena setiap langkah memiliki waktunya sendiri. Yang penting bukan siapa yang tiba lebih dulu, tetapi siapa yang paling sadar ketika melangkah.

Perjalanan hidup tak selalu lurus dan terang. Kadang jalan yang dianggap benar ternyata berliku, dan jalan yang tampak salah justru membawa ke tempat terbaik. Yang terpenting adalah terus berjalan dengan kesadaran, tanpa kehilangan arah batin.

Dan bila suatu saat tersesat, tidak ada yang salah dengan kembali. Jalan besar selalu terbuka untuk siapa pun yang ingin pulang. Namun setelah kembali, langkah tidak lagi sama. Ada makna baru dalam setiap jejak, ada pandangan baru dalam setiap arah. Jalan besar tetaplah jalan besar, tapi yang melangkah kini bukan lagi pengikut, melainkan pejalan yang telah menemukan arti perjalanan itu sendiri.

Sebab pada akhirnya, bukan lebar atau sempitnya jalan yang menentukan arah hidup, melainkan sejauh mana seseorang memahami makna di balik setiap langkah. Jalan besar dan jalan kecil hanyalah wadah; yang menentukan nilainya adalah kesadaran dalam berjalan. Dan hidup, sesungguhnya, bukan tentang seberapa cepat sampai di tujuan, tapi seberapa dalam mampu mengerti arti setiap persimpangan yang dilewati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun