Ini adalah kenyataan dari Ronde Ketiga Kualifikasi. Di level ini, yang dilawan bukan tim Asia Tenggara lagi. Bukan tim yang bisa dikalahkan hanya dengan semangat dan garis pertahanan rapat. Di sini, tim seperti Jepang tak hanya menekan, tapi mengurung. Tidak hanya menyerang, tapi menghukum setiap kesalahan.
Dan malam tadi, Timnas Garuda dihukum habis-habisan.
Bagi Indonesia, ronde keempat adalah mimpi yang jadi kenyataan. Tetapi sejatinya Ronde 4 nanti bukan level yang lebih tinggi, tapi peluang hidup berikutnya. Setelah gagal lolos otomatis di di ronde 3, ini jadi perpanjangan napas dan asa. Kekalahan dari Jepang adalah pelajaran mahal. Tapi dari sinilah kita bisa mulai menata ulang fondasi dan strategi.
Kekalahan 6-0 ini bisa jadi tamparan keras. Tapi juga bisa jadi pelajaran besar. Bahwa jika ingin bersaing di panggung dunia, kita tidak cukup hanya punya pemain diaspora dan semangat kolektif. Kita butuh organisasi. Kita butuh struktur. Kita butuh keberanian mengambil risiko.
Karena sepak bola modern tidak lagi ditentukan oleh siapa yang lebih berlari cepat. Tapi siapa yang berpikir lebih cepat. Dan malam itu, Jepang jauh lebih cepat dalam berpikir, bergerak, dan menghabisi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI