Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Diri: Jalan Menuju Hidup yang Lebih Damai dan Percaya Diri

24 Mei 2025   00:04 Diperbarui: 24 Mei 2025   00:04 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pexels/Hazardos) 

Di era perkembangan zaman dan dunia digital yang serba cepat ini, mudah sekali bagi kita untuk terseret arus informasi, rutinitas, dan ekspektasi tanpa sempat berhenti sejenak untuk bertanya: "Sebenarnya, siapa aku?" 

mengejar target, memenuhi ekspektasi, dan tampil sebaik mungkin di media sosial---namun lupa satu hal penting: memahami diri sendiri.

Jangan-jangan, selama ini kita hanya hidup sekadar hidup. Berjalan di atas rel yang dibentuk orang lain. Mengikuti arus tanpa tahu arah. Padahal, hidup yang tidak dipahami, tidak dirasakan, dan tidak ditelaah... sering kali terasa hampa.

Jangan-jangan selama ini kita hanya hidup sekadar hidup, tanpa benar-benar memahami siapa diri kita sebenarnya.

Saya pernah menjalani hidup seperti itu. Menyibukkan diri dalam aktivitas, berusaha memenuhi ekspektasi, terseret arus opini publik, tapi kehilangan arah tentang siapa saya dan apa yang benar-benar saya butuhkan. Dulu, saya mudah cemas. Bingung saat harus mengambil keputusan. Terombang-ambing oleh omongan orang lain. Saya pernah kehilangan kendali atas hidup sendiri dan membuat sejumlah keputusan yang kemudian saya sesali. Akibatnya, saya jadi sering mengalami konflik dengan orang lain, padahal sebenarnya, itu bermula dari konflik dalam diri sendiri.

Apakah Anda pernah merasakan hal serupa? Jika ya, Anda tidak sendiri. Banyak orang dewasa kini tumbuh tanpa pernah benar-benar mengenal dirinya. Mereka hidup dalam bayang-bayang opini orang lain, haus akan validasi, dan kehilangan kemampuan untuk mengenali apa yang mereka inginkan, rasakan, dan butuhkan dalam hidup ini.

Proses Mengenal Diri: Tidak Mudah, Tapi Penting

Mengenal diri bukan perkara instan. Ia adalah proses panjang yang kadang menyakitkan, tapi juga melegakan. Saat kita mulai menatap diri secara jujur, termasuk sisi-sisi yang tidak menyenangkan, saat itulah proses ini mulai bekerja. Kita belajar menerima, bukan menghakimi. Kita mulai memahami: kenapa saya bereaksi seperti itu? Kenapa saya sedih ketika ditolak? Kenapa saya marah dalam situasi tertentu? Apa akar emosi ini?

Dengan mengenal diri, kita menciptakan jeda antara stimulus dan respons. Kita tidak lagi terburu-buru bereaksi, tidak langsung tersulut emosi, tidak mudah tumbang oleh kritikan. Kita menjadi lebih tenang, lebih bijak, dan yang terpenting: lebih berdaya. Karena orang yang tidak mengenal dirinya sendiri cenderung menjadi pengikut, mudah terombang-ambing oleh tren, dan kehilangan otentisitas dirinya.

Orang yang tidak mengenal dirinya juga sering kesulitan dalam banyak aspek kehidupan: pekerjaan, keuangan, hubungan percintaan, hingga pertemanan. Ia mungkin memilih pasangan yang salah, bingung mau kerja apa, sulit bersosialisasi, atau belanja impulsif untuk menutupi kekosongan dalam hati. Semua itu bermula dari satu hal: tidak mengenal dirinya sendiri.

Bagaimana Kita Bisa Tidak Mengenal Diri?

Banyak dari kita tumbuh dalam lingkungan yang tidak memberi ruang untuk mengenal dan memahami diri. Mungkin karena orang tua atau pengasuh kita dulu belum mengenal konsep ini. Mereka lebih sering memberi nasihat "jangan nangis", "ayo senyum dong", atau "masa gitu aja sedih", daripada mendengarkan dan memahami perasaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun