Mohon tunggu...
Muh Arbain Mahmud
Muh Arbain Mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Perimba Autis - Altruis, Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Perimba Autis - Altruis Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Etika Lingkungan dalam Islam (Filosofi Pohon Perpektif Perimba)

17 April 2020   16:00 Diperbarui: 18 April 2020   11:55 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual Paca Goya merupakan rangkaian ritual adat, biasa diadakan usai panen cengkih dan pala. Paca goya dalam bahasa Tidore, berarti membersihkan tempat keramat. Dalam pelaksanaannya, warga menghentikan aktivitas selama tiga hari. Mereka tidak ke kebun, tidak berdagang atau melakukan pekerjaan apa pun. Paca Goya lebih mirip dengan perayaan Nyepi di Bali (https://www.infobudaya.net/2018/03/)

 Ketiga, segenap maujud di alam semesta, material-metafisikal, kesemuanya adalah tampilan dan jelmaan Tuhan. Semua maujud adalah tanda Tuhan (ayat). Dalam kitab suci (al-Qur'an) dikenal frasa konsep ayat Allah yang tersurat (qauliyah) dan tersirat (kawniyyah), muhkamat-mutasyaabihat  (QS.3/al-Imran:7), serta alam semesta dan isinya sebagai ayat, termasuk kita, manusia (QS.3/al-Imran:191, QS.45/al-Jaatsiyah:4). Seluruh makhluk dengan ukurannya masing-masing merupakan manifestasi Tuhan, indikasi kehadiran Tuhan. Menurut Murata dan Chittick, maka dikenal konsep tasybih, bahwa makhluk sebagai pancaran Tuhan/keserupaan (mitsl).

Prinsip keempat, bahwa setiap maujud alam ini, yang berada di martabat dan tingkat keberadaan manapun, memiliki semua sifat kesempurnaan. Semua --makhluk- mencintai Tuhan sebagai pelopor cahaya, bertutur kata dengan mengingatiNya, bertasbih, dan bersujud kepadaNya (QS.17/al-Israa':44, QS.16/an-Nahl:49).

EKOTEOLOGI TAUHID SEBAGAI BATANG TUBUH

Filsafat lingkungan hidup dalam Islam dikenal sebagai Ekoteologi-Tauhid yang meyakini bahwa Allah sebagai al-Khalik (Pencipta).

Allah adalah pusat lingkungan. Alam adalah manifestasiNya bersama-sama manusia menjadi unsur pembentuk ekosistem dalam kosmos yang berperadaban dan bersifat teleologis. Ada harmoni relasi antara Tuhan, kosmos/alam dan manusia. Menurut Mudhofir Abdullah (2010), terkait pandangan relasi tersebut ada 3 (tiga) model, yakni: reduksionistik, holistik dan tawhid[10]. 

Relasi yang bersifat reduksionistik berpandangan bahwa alam semesta sekadar partikel-partikel benda yang  bergerak secara otomatis laksana mesin.

Maka relasi yang ada adalah relasi timpang, dimana posisi Tuhan, alam dan manusia menjadi tidak aktual dan fungsional. Pandangan reduksionisme (Barat) menyumbang pada sekulerisme kosmos, penyebab sikap mental manusia sebagai pelaku eksploitasi alam. Reduksionisme Barat memahami sesuatu sebagai suatu binary opposition (pasangan yang saling berhadapan/vis a vis).

Pandangan kedua adalah relasi yang bersifat holistik. Pengertian holisme/holon merupakan suatu keseluruhan (holism) merupakan bagian keseluruhan yang lain. Semisal, atom bagian molekul, molekul bagian sel, sel bagian organisme, organisme bagian keluarga, keluarga bagian masyarakat, masyarakat bagian dunia dan seterusnya, seperti disiratkan pada ajaran watak nilai-nilai Timur (India, Cina, Jepang). Pandangan ini mencoba menjalin hubungan secara harmonis dengan Tuhan dan alam semesta.

Manusia dan kosmos sebagai suatu keseluruhan tunggal yang organik. Tujuan kehidupan adalah menyesuaikan diri dengan langit dan bumi, dan kembali ke sumber transenden manusia dan dunia.

Manusia bukan pemilik tunggal alam semesta, tetapi sebagai bagian keluarga biotik besar. Namun, holisme tidak berdasar wahyu, lebih peduli bumi ketimbang kepada Tuhan, maka berbeda dengan relasi ketiga, Tawhid.

Pandangan terakhir, relasi model Tawhid yang beranggapan bahwa relasi Tuhan, kosmos, dan manusia adalah bersifat organik. Dengan ilustrasi segitiga relasi, posisi Tuhan sebagai puncak, alam dan manusia sebagai realitas derivatif (turunan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun