Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Putra Ardanni
Muhammad Yusuf Putra Ardanni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa yang suka berolahraga dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jasa Edukasi Terlantar, Guru Honorer Pada Wilayah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal)

17 Mei 2024   21:00 Diperbarui: 17 Mei 2024   21:04 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru. Merupakan sebuah profesi yang bisa mengendalikan kearah mana suatu negara khususnya negara baru dan berkembang untuk melangkah. Indonesia yang termasuk negara berkembang tentunya membutuhkan jasa seorang guru agar bisa mencetak sumber daya manusia yang terampil dan kreatif, dengan begitu seluruh sumber daya yang ada akan dapat dimanfaatkan dengan baik. Namun, dengan kondisi geografis Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke apakah bisa memberikan kesetaraan kualitas dan kuantitas di setiap daerah?. Apalagi dengan guru honorer yang sudah menjadi rahasia umum bahwa kesejahteraannya sering dipertanyakan.

Sebagai gambaran ENAM hari setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat pada Perang Dunia II (1942-1945), Kaisar Hirohito (bertakhta 1926-1989) berupaya membangun kembali bangsanya yang sudah porak-poranda itu. Ia memerintahkan menteri pendidikannya untuk menghitung jumlah guru yang tinggal dan masih hidup. 

Satu sumber menyebutkan bahwa jumlah guru yang tersisa di Jepang pada saat itu adalah sebanyak 45.000 orang. Sejak itu, Kaisar Hirohito gerilya mendatangi para guru yang tinggal itu dan memberi perintah juga arahan. Rakyat Jepang sangat menjunjung titah dari Kaisar ini dan dilaksanakan dengan penuh komitmen dan konsekuen.(Jamaluddin, 2015)

Dari gambaran diatas kita bisa mengetahui bagaimana pentingnya jasa seorang guru terhadap kemajuan bangsa. Bisa dilihat, sekarang Jepang telah menjadi salah satu negara adidaya di wilayah Asia Timur. Itu merupakan bukti nyata bahwa guru memang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki sumber daya manusia apalagi disaat yang terpuruk, dan untuk negara berkembang seperti Indonesia.

Namun, seperti yang kita tahu Indonesia tersebar sangat luas jadi apakah bisa terjadi sebuah penyebaran yang merata?. Khususnya, guru honorer yang sering dianggap sebelah mata, dengan balas jasa jauh dibawah standar normal guru.

Persoalan mendasar pendidikan Indonesia adalah minimnya guru di daerah pedalaman atau yang disebut daerah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal). Kecuali sangat kurang, kualifikasi pendidikan dan kompetensi guru di daerah 3T juga rendah. Di pihak lain, ada yang menilai guru Indonesia berlebih alias melimpah, karena rasio nasional berkisar 1 guru berbanding dengan 17 murid. Namun, diakui sebaran guru tidak merata. 


Data jumlah guru harus ditangani dan dikelola secara baik sehingga jelas, sebenarnya kita kelebihan atau kekurangan guru. Jika dianggap kelebihan, mengapa jumlah guru honorer sangat banyak, tersebar tidak hanya di sekolah-sekolah pedalaman tapi juga di pinggiran kota dan perkotaan, negeri dan swasta. Di satu sisi guru honorer dibutuhkan di sekolah, di sisi lain sering terdengar guru bersertifikat (PNS dan non-PNS) kekurangan jam mengajar, sehingga harus mengajar di dua hingga tiga sekolah.( Jejen Musfah)

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa kuantitas guru honorer di Indonesia cukuplah banyak, namun kualitas dari mereka bisa dibilang kurang. Faktor penyebabnya bisa jadi adalah tunjangan yang diberikan tidaklah memadai jadi jika kesejahteraan guru saja tidak terjamin bagaimana bisa mereka mendidik anak-anak Indonesia agar menjadi seseorang dengan sumber daya yang tinggi. Serta penyebaran mereka yang kurang merata dikarenakan tuntutan pekerjaan yang pastinya berbeda antara wilayah yang memang sudah maju, dengan wilayah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal).

Dari berbagai opini diatas, dapat diambil intisari bahwa, memang guru sangatlah penting dalam menentukan arah berkembangnya suatu negara. Namun, dengan segala keterbatasannya suatu negara harus bisa memaksimalkan pemerataan guru, terkhususnya guru honorer didalam sistem pendidikannya. Saya percaya Pemerintahan Indonesia telah melakukan yang terbaik dalam mengatasi hal ini. Oleh karena itu, kita tidak bisa menyalahkan semua ketimpangan pendidikan antar daerah kepada pemerintah. Hendaknya kita saling mengintrospeksi diri agar saling maju satu sama lain

Daftar Pustaka:

Jamaluddin. Guru, Belajar dari Kebangkitan Jepang. 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun