Mohon tunggu...
Muhammad Thareq Sinatria
Muhammad Thareq Sinatria Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Mahasiswa UNS

Lulusan HI UNS tahun 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Desa Bangkit Sejahtera: CSR Yayasan Hadji Kalla sebagai Panutan Perusahaan-perusahaan di Indonesia

2 Oktober 2022   13:23 Diperbarui: 2 Oktober 2022   13:32 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi pembuatan Gula Aren menjadi Gula Semut di Desa Tompo Bulu (Sumber: https://www.yayasanhadjikalla.co.id)

Desa-desa yang dipilih tersebut memiliki produk unggulan yang bisa dikembangkan melalui pelatihan dan pendampingan dari Kalla Group. 

Tujuan dari pelatihan dan pendampingan ini adalah peningkatan di bidang ekonomi (sama seperti Indeks Ketahanan Ekonomi di IDM) karena masyarakat diajari cara mengelola SDA mereka baik di bidang produksi dan pemasaran. Ini bisa membantu kesejahteraan masyarakat di desa-desa yang tertinggal sekaligus memenuhi kebutuhan mereka.

Masyarakat yang terampil dan berpengetahuan dalam mengelola sumber daya yang mereka miliki dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka sekaligus meningkatkan penghasilan mereka, apalagi di tengah-tengah COVID-19.  

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat terlihat kesesuaian antara tujuan program DBS dengan salah satu agenda Nawa Cita yakni,”Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan”. 

Ini berarti, DBS sebagai salah satu CSR yang dijalankan oleh Kalla Group bisa membantu membangun Indonesia melalui pembangunan-pembangunan di desa-desa tertinggal yang ada. Sehingga, ini bisa dijadikan contoh dan panutan untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam melaksanakan CSR-nya.

Contoh Aktivitas DBS Kalla Group

Contoh dari aktivitas CSR yang dilakukan oleh Kalla Group dapat dilihat di Desa Tompo Bulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang memiliki potensi di pohon Arennya yakni, di air nira yang dihasilkannya.

Namun, desa ini termasuk memiliki tingkat IDM yang rendah sehingga mendapatkan status desa ‘Sangat Tertinggal’. Belum lagi, desa ini penduduknya kurang terampil dalam mengelola SDA yang mereka punya.  

Sehingga, pembangunan dari daerah ini terutama dalam pengembangan keterampilan dan kemampuannya masyarakatnya sangat diperlukan untuk mengembangkan perekonomian desa yang tertinggal tersebut sekaligus mewujudkan agenda Nawa Cita poin ketiga yang dibahas disini.

Melalui program DBS, Kalla Group melalui Yayasan Hadji Kalla melakukan pelatihan pembuatan produk bernama Gula Semut. Gula Semut sendiri merupakan gula merah dalam bentuk bubuk.

Ini dibuat dari air nira yang dihasilkan oleh pohon Aren yang melimpah di desa tersebut. Produk ini memiliki keunggulan dibandingkan gula biasa yakni, lebih tahan lama. Selain itu, jika pembungkusannya adalah dengan bungkus kedap udara, maka produk tersebut tidak akan berubah rasa dan warnanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun