[caption id="attachment_270555" align="aligncenter" width="640" caption="Anak-anak di lokasi pengungsian Desa Bah. Wajah polos itu tidak menyadari jika mereka tinggal diatas sesar Sumatera atau patahan Semangko."][/caption] Saudaraku, tidak perlu bersedih, gempa bukan hanya terjadi di Dataran Tinggi Gayo, tetapi sering dialami oleh negeri lain di berbagai belahan bumi. Dan, merasakan efek kegempaan dalam skala yang relatif kecil sudah menjadi bagian keseharian bagi warga Dataran Tinggi Gayo. Meskipun banyak warga yang belum menyadari bahwa mereka berdomisili di jalur ring of fire (cincin api). Gempa tektonik dangkal 6,2 SR yang terjadi sebulan lalu, tepatnya Selasa, 2 Juli 2013 pukul 14:37:03 WIB merupakan pernak pernik kehidupan berada di jalur ring of fire. Sudah dapat dipastikan bahwa wilayah Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah berada diatas beberapa patahan yang potensial menimbulkan kegempaan kapan saja. Lebih ironis lagi, selain berada diatas patahan, daerah penghasil kopi arabika ini terletak dalam komplek gunung api. Selain berada dalam ancaman gempa tektonik, negeri yang indah itu juga terancam oleh gempa vulkanik, lahar panas sampai wedhus gembel. Dataran Tinggi Gayo yang bergelar The Paradise Land makin mencekam, tetapi semangat untuk bangkit terus menyala. Membaca komentar para ahli diberbagai media massa tentang peristiwa gempa 6,2 SR yang terjadi sebulan lalu membuat kita merinding. Sepertinya bencana lebih dahsyat sedang mengintai warga yang tinggal di Dataran Tinggi Gayo, mengerikan! Mari kita simak komentar peneliti dari BPPT, Dr Agustan (Antara, 10/7/2013) yang mengatakan bahwa “Gempa yang terjadi di Gayo tidak terletak pada patahan utama, melainkan pada cabang-cabangnya.” Benarkah? Mari kita simak juga komentar Faizal Ardiansyah, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh kepada okezonedotcom (3 Juli 2013) mengatakan bahwa gempa yang terjadi di Dataran Tinggi Gayo akibat pergerakan sesar Sumatera atau patahan Semangko. Untuk wilayah yang rawan gempa tektonik dari sumber gempa darat yaitu patahan semangko. Wilayah ini umumnya membelah bagian tengah Aceh searah dengan Bukit Barisan. Patahan Semangko juge memiliki sesar-sesar kecil yang menyebar pada beberapa wilayah Aceh baik di utara maupun selatan, seperti patahan Lokop-Kutacane, Blangkejeren-Mamas, Kla-Alas, Reunget-Blangkejeren, Anu-Batee, Samalanga-Sipopoh, Banda Aceh-Anu, dan Lamteuba-Baro. Mencermati gambaran yang disampaikan Dr Agustan dan Faizal Ardiansyah, rasanya warga tidak tahu lagi memilih tempat yang aman dari bencana. Disisi yang lain, warga terlanjur jatuh cinta kepada lahan subur yang sekarang ditempatinya. Lahan itu telah terbukti memberi sumber penghidupan kepada mereka sejak dari tempo dulu. Dari tanah itu mereka memetik ribuan ton kopi arabika Gayo untuk diekspor ke luar negeri. Kopi bercitarasa tinggi itu menghasilkan lembaran dollar. Haruskan mereka bermigrasi dari negeri kaya yang indah dan subur itu? Tentu tidak, tetapi dengan pengetahuan kegempaan yang diungkapkan oleh para pakar tadi, maka warga Dataran Tinggi Gayo perlu menyesuaikan pola kehidupannya dengan kondisi geologi daerah itu. [caption id="attachment_270582" align="aligncenter" width="640" caption="Gedung sekolah yang hancur akibat hentakan gempa 6,2 SR sebulan lalu"]