Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menonton Anak Mesir Belajar Sejarah di Masjid Amru Bin Ash

26 Januari 2012   17:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:25 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13275967741320254289

[caption id="attachment_158534" align="aligncenter" width="640" caption="Anak-anak Mesir sedang belajar sejarah di Masjid Amru Bin Ash di Kota Fustat, Mesir"][/caption] Dalam perjalanan menjelajah Negeri Mesir, sangat banyak pengalaman berharga yang bisa dipetik. Negeri yang berada di muara Sungai Nil ini kaya akan situs dan tempat bersejarah. Apabila kita ingin menyimak satu persatu situs dan tempat bersejarah, rasanya tidak cukup waktu enam bulan. Begitulah banyaknya tempat yang memiliki cerita tentang peradaban bangsa Mesir. Salah satu tempat yang disarankan pemandu wisata di sana adalah Masjid Amru Bin Ash di Kota Fustat tidak jauh dari Masjid Imam Syafi'i. Saya setuju untuk berziarah ke masjid yang dibangun tahun 21 hijriyah oleh seorang panglima perang sekaligus Gubernur Mesir yang berhasil mengusir pasukan Romawi dari lembah Nil itu. Kisah heroik Amru Bin Ash, salah seorang sahabat Rasulullah, membuat saya sangat tertarik untuk melihat peninggalannya. Pada tanggal 10 Maret 2010, dipandu oleh guide mahasiswa asal Indonesia, saya memulai perjalanan melewati kawasan pedesaan dan kawasan pertanian. Kurang dari satu jam perjalanan dari hotel, akhirnya sampailah ke Masjid Amru Bin Ash. Bangunannya kelihatan sudah berusia tua, tetapi aura kewibawaan orang yang membangunnya masih sangat terasa. Dengan bahasa “tarzan,” saya menanyakan kepada khadam masjid, dimana tempat wudhu. Dia menunjuk ke arah sebelah kiri masjid. Tempat wudhunya masih model lama, beton tanpa keramik. Airnya cukup banyak dan sejuk. Sebelum masuk tempat wudhu, khadam menyediakan terompah kayu. Setelah berwudhu, saya masuk lagi ke dalam masjid untuk melaksanakan shalat sunat tahyatul masjid dua rakaat. Selesai shalat, saya beranjak mengelilingi masjid untuk melihat kaligrafi dan ukiran masjid yang cukup antik. Termasuk mendatangi sumur yang terletak di tengah-tengah masjid. Bangunan ini begitu anggun, meskipun terkesan kurang perawatan. Begitu akan keluar masjid, tiba-tiba masuk serombongan anak-anak yang berjumlah sekitar 40 orang. Salah seorang membawa sebuah bangku kayu yang diletakkan di pinggir tiang masjid. Kemudian, guru mereka yang berbaju gamis warna coklat garis-garis putih duduk di bangku itu. Sang guru mulai berbicara di depan siswanya yang kelihatan sedang melakukan sekolah lapangan. Saya sangat tertarik melihat model belajar sekolah lapangan seperti itu. Siswa langsung diajak gurunya ke monumen Amru Bin Ash untuk membahas topik sejarah Mesir. Kami duduk mendengar penjelasan sang guru yang kelihatan sangat detil menjelaskan topik bahasan itu kepada siswanya. Awalnya saya tidak memahami apa yang disampaikan sang guru, kemudian guide menerjemahkannya dengan suara pelan. Sang guru menjelaskan bahwa masjid itu dibangun oleh Amru Bin Ash, seorang sahabat nabi yang ditugaskan Khalifah Umar Bin Khattab untuk membebaskan Baitul Maqdis dan Mesir dari tangan Romawi yang menjajah dua kawasan itu. Ada kisah menarik yang diceritakan sang guru itu kepada siswa-siswanya. Kisahnya begini, begitu Amru Bin Ash tiba di Mesir, dia diundang Panglima Romawi ke markasnya. Amru Bin Ash yang pemberani, memenuhi undangan itu yang direncanakan sebagai sebuah perundingan. Sebelumnya, Panglima Romawi memang berencana akan membunuh Amru Bin Ash begitu tiba di markasnya. Karena perundingan tidak menemukan solusi, maka Amru Bin Ash pun keluar dari markas pasukan Romawi. Begitu melewati gerbang, sudut mata Amru Bin Ash melihat ada gerakan aneh. Rupanya pasukan Romawi hendak membunuhnya dengan batu cadas. Tiba-tiba dia mendapat akal agar terhindar dari rencana pembunuhan oleh pasukan Romawi. Dia kembali menemui Panglima Romawi. Amru Bin Ash mengatakan kepada Panglima Romawi: “Di Markasku ada sejumlah sahabat Rasululllah, diantaranya Umar Bin Khattab. Aku datang ke sini juga atas persetujuannya. Bagaimana kalau Umar Bin Khatab sekalian aku ajak ke sini untuk berunding.” Panglima Romawi setuju, karena dia berniat lebih baik menghabisi Umar Bin Khattab daripada Amru Bin Ash. Akhirnya Amru Bin Ash pun dilepaskan dari markas pasukan Romawi, selamatlah panglima pembebas Mesir itu. Kemudian sang guru menambahkan, setelah berhasil mengusir pasukan Romawi, Amru Bin Ash ditunjuk sebagai Gubernur Mesir oleh Khalifah Umar Bin Khattab. Namun, dimasa Khalifah Usman Bin Affan, Amru Bin Ash diberhentikan sebagai Gubernur Mesir. Tetapi saat Muawwiyah menjadi khalifah, Amru Bin Ash diangkat kembali sebagai Gubernur Mesir. Inilah kisah menarik yang saya dapatkan di Masjid Amru Bin Ash, Mesir. Model pembelajaran sejarah secara langsung di lapangan seperti dilakukan sejumlah siswa Mesir ini cukup unik dan menarik. Terkadang, saya berpikir, akankah guru-guru sejarah di tanah air bersedia membawa murid-muridnya ke obyek-obyek yang memiliki nilai sejarah? Soalnya, model pembelajaran selama ini hanya di kelas, kecuali beberapa sekolah-sekolah yang berada di Jakarta dan kota besar lainnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun