Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Pawang Hujan di Era Digital

1 Juli 2021   06:58 Diperbarui: 7 Juli 2021   17:43 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa masyarakat di berbagai belahan dunia masih banyak percaya "pawang hujan"?

Keberadaan pawang hujan sudah ada sejak zaman dahulu. Tradisi tersebut merupakan warisan turun temurun kepercayaan para leluhur. Di Indonesia, istilah pawang hujan berbeda-beda. Masyarakat Jakarta menganal dengan istilah dukun pankeng, di Bali dikenal dengan nerang hujan, di Sumatera dikenal dengan istilah Bomoh.

Menurut kepercayaan, seorang pawang hujan akan bekerja sama dengan penguasa air dan angin melalui ritual khusus. Pawang hujan akan menggunakan doa-doa dan rapalan mantera sebagai sumber kekuatan.

Untuk mempertajam kekuatannya, mereka juga menjalankan laku prihatin seperti puasa mutih, puasa pati geni, puasa nglawong, puasa ngableng serta memanfaatkan penggunaan makhluk gaib untuk bekerjasama menghalau hujan.

Di Indonesia, biasanya pawang hujan dalam menjalankan ritualnya memerlukan media yang disebut sesajen. Ada yang menggunakan ayam panggang, pisang raja, kopi pahit, membakar kemenyan, memasang bawang merah dan cabe yang ditusuk lidi, lalu ditancapkan ketanah dan masih banyak corak sesajen lainya. Tentu lain daerah biasanya lain pula cara dan metode tradisi ritualnya.

Apakah benar hujan bisa dipindahkan dengan kekuatan tenaga dalam ataupun tenaga batin?

Sejatinya hujan merupakan proses yang terjadi akibat perbedaan panas di lapisan udara dan permukaan tanah. Semakin tinggi naik ke atmosfer maka udara panas tadi menjadi dingin, akhirnya uap air yang mengembun mulai membentuk menjadi awan cumulonimbus lalu turun menjadi hujan.

Menurut kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Balai Besar Wilayah III Denpasar, Wayan Suardana. Secara sains, untuk memindahkan awan tebal yang disebut mendung itu memerlukan kekuatan angin yang sangat kuat, sekitar 30 sampai 40 knot. Awan akan bergerak karena adanya dorongan angin. Angin sendiri tercipta akibat adanya perbedaan suhu udara. Angin akan mengalir dari suhu rendah ke daerah bersuhu tinggi.

Logikanya, seorang pawang hujan sah-sah saja mengklaim dirinya dapat memindahkan hujan, jika mereka benar-benar mempunyai kekuatan luar biasa yang mampu memindahkan awan gelap (mendung) kedaerah lain.

Di inggris, pawang hujan bukanlah perseorangan dengan kesaktian khusus. Akan tetapi sebuah perusahaan besar dengan bermodal pesawat terbang adan peralatan lainnya. Seminggu sebelum acara diselenggarakan, pesawat akan menyebar partikel "iodida" dan nantinya hujan akan turun lebih cepat sebelum hari pelaksanaan acara dimulai.

Di era digital ini seperti saat ini, apakah jasa pawang hujan tradisional masih diperlukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun