Mohon tunggu...
Mohammad Sihabudin Al Qurtubi
Mohammad Sihabudin Al Qurtubi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa di Universitas Airlangga Surabaya dengan jurusan Teknologi Sains Data

Seorang pecinta Data sains dan Kecerdasan Buatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Upaya Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral pada Sekolah Sekitar Surabaya

17 Maret 2021   09:05 Diperbarui: 17 Maret 2021   09:42 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Integrasi pendidikan karakter merupakan suatu aspek yang penting dalam mengatasi masalah krisis moral pada anak sekolah yang semakin parah pada akhir-akhir ini. Sehingga dalam mengimplementasikan integrasi pendidikan karakter di sekolah dilakukan dalam tiga ranah wilayah, yaitu melalui pembelajaran berbasis luring maupun daring, melalui ekstra kurikuler dan melalui budaya sekolah masing-masing. 

Usaha tersebut merupakan usaha sekolah untuk mengatasi krisis moral yang terjadi pada anak sekolah yang terjadi pada akhir-akhir ini cukup parah seperti yang lagi tren sekarang yaitu joget pada aplikasi tiktok.

Dalam kurikulum pendidikan kita, terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia di sekolah, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. 

Mata pelajaran tersebut secara langsung mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan mengimplementasikan nilai-nilai yang ada dalam kedua mata pelajaran. 

Pada panduan ini, integrasi pendidikan karakter pada mata-mata pelajaran selain pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang dimaksud lebih pada fasilitasi implementasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari baik di lingkungan keluarga sampai lingkungan berbangsa dan bernegara melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 

Pengenalan nilai-nilai pendidikan karakter sebagai pengetahuan melalui bahan-bahan ajar tetap diperkenankan, tetapi bukan merupakan penekanan. Penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan di dalam proses pembelajaran adalah yang ditekankan . Pembelajaran yang dimaksud merupakan pembelajaran langsung dan tak langsung.

Proses pembelajaran langsung merupakan proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan yang berhubungan dengan mental dan psikologi peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dapat terjadi secara luring maupun daring. 

Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.

Selanjutnya dengan melalui pembelajaran tidak langsung. Pembelajaran tidak langsung merupakan proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam silabus dan RPP. 

Pembelajaran tidak langsung mengenai tentang pengembangan nilai dan sikap. Kegiatan pembelajaran tidak langsung ini terwujud dalam pengembangan diri seperti konseling tentang bakat dan minat siswa dan kegiatan ekstra kurikuler sekolah. 

Langkah yang terakhir dalam mengintegrasikan pendidikan karakter di lingkungan sekolah adalah menumbuhkan budaya sekolah yang berkarakter seperti 3S yaitu Senyum, Salam, Sapa setiap bertemu dengan warga sekolah.

Sebagai ilustrasi, ada beberapa contoh penerapan pendidikan karakter di sekolah unggulan yang telah menerapkan pendidikan karakter.

  • SD Al-Hikmah Surabaya. Pada sekolah ini terdapat suatu kegiatan pendidikan karakter yang disebut dengan subuh call (telepon waktu subuh). Sekitar pukul 4 pagi sebelum azan subuh berkumandang, wali kelas menelepon anak didiknya untuk segera menunaikan salat subuh. Siswa yang menerima telepon dari wali kelas diminta untuk menelepon kawan lainnya secara berantai, sehingga semua siswa bisa bangun salat subuh.
  • SMP Negeri 26 Surabaya. Pada sekolah ini menerapkan pemakaian kartu untuk izin keluar kelas. Kartu tersebut sejenis nama tag yang dikalungkan di leher siswa yang izin keluar kelas. Dalam sehari, dari setiap kelas dibatasi hanya boleh memberikan kartu tersebut kepada lima murid. Jika dijumpai ada murid yang pada jam pelajaran berjalan-jalan di luar kelas tanpa kartu tersebut, maka guru piket akan menegurnya.
  • Di beberapa sekolah di Surabaya telah menerapkan Kantin Kejujuran.

Referensi

Abdullah, M. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah. Yokyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Bahri, S. (2015). Implementasi pendidikan karakter dalam mengatasi krisis moral di sekolah. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 57-76.

Samani, M., & Hariyanto, M. S. (2011). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syamsul, K. (2013). Pendidikan Karakter(Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi & Masyarakat).

Zubaedi, M. A. (2015). Desain Pendidikan Karakter. Prenada Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun