Mohon tunggu...
Muhammad Sevaja Ansas
Muhammad Sevaja Ansas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta

sedang berjuang menjadi penyambung lidah rakyat

Selanjutnya

Tutup

Politik

The Spanish Civil War (1936-1939): Vis a Vis Ideologi dan Implikasinya terhadap Gerakan Kemerdekaan Catalunya

23 Desember 2022   18:15 Diperbarui: 23 Desember 2022   19:45 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyongsong dasawarsa 1960-an dalam rangka menggenjot perekonomian Spanyol, maka Franco berinisiatif untuk mengubah kebijakan ekonomi. Salah satu caranya yakni dengan menjadikan wilayah Catalunya sebagai kawasan pusat perindustrian yang dimana Catalunya sebelumnya sudah memiliki kesiapan dan modal karena sebelumnya pernah dilaksanakan industrialisasi di sana. 

Perkembangan industri dan ekonomi yang cukup pesat di Catalunya sehingga menjadi salah satu wilayah penopang perekonomian Spanyol, tidak diselaraskan dengan kebijakan dan perlakuan yang konkret dari pemerintah Spanyol. 

Tidak adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja untuk pekerja, upah pekerja pabrik sangat memprihatinkan, semua bentuk pemogokan dan aksi protes pekerja sangat ditentang atau tidak diperbolehkan sama sekali. Dari semua hal tersebut, jelas merefleksikan terjadinya eksploitasi manusia, mereka tidak lagi menjadi manusia yang dapat menjalankan esensinya, mereka dipaksa untuk menjadi "mesin yang bekerja secara statis".

Menjelang 1970, terungkap dalam Inventive City-Regions: Path Dependence and Creative Knowledge Strategies (2016) karya Marco Bontje dan Sako Musterd, dilansir dari tirto.id, mulai kembali muncul gerakan pro demokrasi dan kebebasan sosial-politik, antara lain dari Assemblea de Catalunya dan Federation of Neighbourhood Associations Barcelona (FAVB). Anti-franco menjadi salah satu seruan utama mereka sejalan dengan konteks era saat itu yang masih di bawah kepemimpinan Franco. 

Selain itu, gerakan-gerakan ini juga berjuang menuntut kebebasan politik dan sosial, amnesti bagi tahanan politik, pembangunan kembali hak otonomi Catalunya, serta menggalang kekuatan dengan gerakan-gerakan pro-demokrasi lainnya di Spanyol seperti di Basque, Galicia, Andalusia, dan lain-lain. Namun keinginan-keinginan tersebut pada era-era selanjutnya hingga sekarang, semakin lama semakin ingin melangkah jauh, yakni kemerdekaan seutuhnya dari kerajaan Spanyol, yang digaungkan oleh berbagai gerakan-gerakan lainnya dan secara individu.

Alhasil, perjuangan mereka tidak sia-sia, setelah Franco meninggal dunia pada 1975, kekuasaan beralih pada Raja Juan Carlos, sosok yang menjadi antitesa dari Franco dimana beliau membawa orientasi kekuasaan yang lebih demokratis, begitu juga dengan hak-hak otonomi di berbagai wilayah dipulihkan kembali, salah satunya seperti Catalunya.

Otonomi Catalunya bukan menjadi hal yang dapat menenangkan masyarakat Catalunya. Asa kemerdekaan masih saja terus bergejolak di benak hampir seluruh masyarakat Catalunya. Setiap tahun persentase suara untuk menginginkan kemerdekaan cukup masif dan mengalami kenaikan signifikan. Gelombang suara dan keinginan ini semua menjadi titik berangkat dari otoritas Catalunya untuk menggelar referendum pada 1 Oktober 2017. Hasilnya 2.044.038 suara atau sekitar 92 persen menginginkan kemerdekaan Catalunya. 

Hasil tersebut tidak menjadikan pemerintah Spanyol rela untuk melepaskan Catalunya dari pangkuannya, mereka tetap bersikeras bahwa referendum tersebut tidak sah karena dukungan suara tersebut ilegal. Sebelum referendum tersebut, terjadi demonstrasi dengan terjadinya beberapa perusakan terhadap mobil polisi. 

Gelombang suara pro-kemerdekaan serta demonstrasi yang banyak hadir tidak lepas dari dua gerakan politik yang mempunyai banyak massa dan masif secara gerakan, yaitu Omnium Cultural yang dipimpin Jordi Cuixart dan Asosiasi Majelis Nasional Catalunya (ANC) yang dipimpin Jordi Sanchez. Alhasil mereka berdua ditahan karena dituduh melakukan penghasutan dan provokasi kepada ratusan demonstran. Penahanan dua pemimpin tersebut menghasilkan gelombang kritik terhadap pemerintah Spanyol, mulai dari Amnesti Internasional, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), PEN Internasional, dan masih banyak lagi.

Hingga kini, keinginan merdeka sepenuhnya dari masyarakat Catalunya tidak pernah padam meskipun tindakan represif selalu menghantui mereka. Gerakan-gerakan pro-kemerdekaan selalu mempunyai cara dalam rangka memerdekakan Catalunya, entah itu jalur politik, media, bahkan sampai ke ranah olahraga, khususnya sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun